40. Bengkel Babeh

851 69 1
                                    


"Ya Allah Kalevi! Lo ngapa pake kaos itu?!" Ardan berteriak Histeris. Mengundang perhatian para montir dan pelanggan bengkel.

Kalevi memegang kaosnya bingung. "Emang kenapa?"

"Lo mau bantu-bantu apa mau gaya, hah?! Tuh kaos kan harganya mahal bego! Kalo kena oli atau robek gimana coba?!" Ardan semakin menjadi. Bahkan harga kaos Kalevi jauh lebih mahal dari harga dirinya. Miris...

"Biarin lah, gue gak ada kaos lain, Dan."

"Tau lo, Dan! Ribet amat. Yang punya kaos aja kagak ngapa-ngapa." Babe ikut nimbrung.

"Percakapan ini tidak cocok buat pengguna kaos partai kayak Babeh," cela Ardan.

"Buset dah, sombong amat! Emang berapaan sih harga kaosnye?"

"Tiga jeti Beh," beritahu Ardan.

Bukan hanya Babeh yang terkejut, para anak buahnya yang tengah membongkar mesin pun ikut terkejut. Siapa yang tidak kaget mendengar sebuah kaos seharga tiga juta? Menurut para orkay harga segitu memang tidak terlalu mahal. Tetapi bagi pencinta kaos partai seperti mereka, tiga juta untuk sebuah kaos sangatlah keterlaluan.

"Gila lu ndro! Harga kaos aja ngalahin harga kambing," celetuk salah satu montir.

"Bujubuneng! Beneran Lev, harga kaos lo tiga juta?" tanya Babeh tak percaya.

Sial! Karena mulut Ardan yang gembar-gembor, sekarang Kalevi jadi pusat perhatian. Sambil menggaruk tengkuknya canggung, Kalevi menjawab, "kurang lebih segitu sih Beh. Kalevi juga lupa, udah lama soalnya."

"Wah bahaya. Bisa jadi bahan gosip ibu-ibu komplek nih," ujar Babeh.

Jangankan ibu-ibu komplek, anak buahnya saja sudah berbisik-bisik sejak tadi. Membicarakan kaos harga tiga juta milik Kalevi. Mereka saling berceletuk sambil memperkirakan apa yang dapat mereka lakukan dengan uang tiga juta. Membuka angkringan misalnya.

"Kerja woy! Gue bayar lo pada buat kerja bukan buat ghibah!" tegur Babeh yang membuat anak buahnya menghentikan topik dan kembali Bekerja.

Bengkel Babeh memang tidak besar. Tetapi tidak juga terlalu kecil. Babeh hanya memiliki Empat anak buah. Meskipun begitu, bengkel Babeh memiliki banyak pelanggan. Tak terkecuali Pasukan Rajawali yang sudah menjadi pelanggan setia di bengkel 'Babeh Ardan' ini.

"Levi bantu apa, Beh?" tanya Kalevi mengalihkan pembicaraan.

"Lo ikut aja sama si Ardan," kata Babeh kembali mengotak-atik mesin motor.

Ardan dan Kalevi pun mulai membantu Babeh. Kalevi membantu sebisanya. Sebab Ia tidak sehandal Ardan yang paham dengan masalah permesinan. Tak jarang mereka tertawa karena Lelucon yang dilontarkan Ardan, Babeh, maupun para montir.

Perlahan tawanya memudar. Kalevi mengamati satu persatu dari mereka. Wajah-wajah yang sedikit kotor akibat oli itu terlihat begitu ceria. Mereka yang menggantungkan hidup dengan bekerja di sebuah bengkel sederhana saja bisa bahagia. Kenapa kedua orang tuanya tidak? Papahnya pemilik perusahaan keluarga Wirasana dan ibunya seorang pengusaha properti. Tetapi Kalevi tak pernah melihat wajah ceria mereka.

Apa yang membuat kedua orang tuanya seperti itu? Apakah mereka kurang bersyukur atau bagaimana? Percayalah, Kalevi ingin sekali melihat kedua orang tuanya tersenyum tulus kepadanya. Berbagi tawa dengannya. Ahh, bahkan Kalevi lupa kapan terakhir kali Ia tertawa bersama mereka.

"Assalamualaikum!" Seorang lelaki dengan jaket berlogo Burung Rajawali di punggunya memasuki bengkel Babeh bersama seorang perempuan.

"Waalaikum salam," koor semuanya kecuali Kalevi yang tengah melamun.

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang