16. Doa Pak Tarno dan Bu Dona

1.4K 99 1
                                    

Entah jodoh atau apa, Kalevi dan Meysha kembali dipertemukan tanpa mereka inginkan. Bukan di taman, bukan di Mall, bukan di jalan. keduanya dipertemukan di ruang yang hampir setiap hari mereka kunjungi. Dimana lagi kalau bukan Ruang BK. Meysha dan Kalevi kedapatan membolos. Yang laki-laki ditemukan tengah merokok di Rooftop sekolah dan yang perempuan ditemukan tengah asik makan bakso Mang Dude di kantin.

"Ck ck ck. Kalian gak bosen apa masuk Bk teruss?! Bapak aja bosen liat kalian," ujar Pak Tarno yang diangguki Bu Dona yang berdiri di samping laki-laki plontos itu.

"Apalagi kita," gumam Kalevi dan Meysha bersamaan.

"Bilang apa kalian?!" tanya Pak Tarno marah.

Lagi-lagi Pak Tarno dapat mendengar gumaman kecil yang keluar dari bibir Meysha dan Kalevi. Benar-benar keturunan dukun.

"Masuk Bk kok selalu berdua. Kalian janjian hahh?!!"

Bu Dona menyondongkan tubuhnya ke arah Pak Tarno. Guru wanita dengan dandanan cetar membahana itu membisikkan sesuatu kepada Pak Tarno. Membuat Meysha dan Kalevi refleks bertukar pandang. Wahhh ada udang di balik bakwan...

Setelah mendengar bisikan dari setan. ralat, mendengar bisikan dari Bu Dona, Pak Tarno menatap dua remaja di hadapannya dengan tatapan mengintimidasi.

"Kalian pacaran?" tanya Pak Tarno.

Meysha membulatkan matanya. Jadi Bu Dona memberitahukan hubungannya dengan Kalevi kepada Si Ketua tuyul? Dasar Ibu Tiri bawang putih. Selalu update tentang kabar yang sedang panas dan banyak dibicarakan oleh murid-murid SMA Rajawali.

Kalevi hanya menanggapi pertanyaan Pak Tarno dengan santai lalu mengonfirmasi kebenaran tersebut. "Iya pak, alhamdulillah udah berjalan dua minggu kalo gak salah."

Meysha mencubit pinggang Kalevi, membuat lelaki berseragam urakan itu memekik, mengagetkan Pak Tarno dan Bu Dona.

"Lo kok nyubit gue sihh?!" gerutu Kalevi, memegangi perut samping kirinya yang baru saja dicubit oleh Meysha.

"Tuh mulut minta banget gue cabein ya!" desis Meysha.

"Salah gue di mana? Kan gue jujur. Ya gak Pak, Bu?" Kalevi meminta persetujuan kepada Pak Tarno Dan Bu Dona.

Dengan polosnya kedua guru BK itu menganggukkan kepala.

"Terserah lo aja lah," ucap Meysha pasrah.

"Bagus lah kalo kalian pacaran. Semoga kalian bisa menerapkan rumus Matematika ya," ucap Pak Tarno.

"Maksudnya, Pak?" tanya Meysha dan Kalevi bersamaam. Cieeee...

"Ya kaya Matematika. Min ketemu min jadinya ples."

"Iya Ibu juga berdoa semoga kalian bisa saling membenahi diri kalian satu sama lain," tutur Bu Dona.

Pak Tarno nampak berpikir. Lalu menggebrak meja tiba-tiba. Membuat Ketiga manusia yang berada di ruangan itu terlonjak kaget. Beruntung jantung mereka masih ada di tempatnya.

"Karena kalian hari ini membolos, bapak kasih hukuman kalian."

"Hukuman lagi hukuman lagi," gerutu Kalevi dan Meysha.

"Ya kalau tidak mau dihukum makannya jangan bolos!" timpal Bu Dona.

Baru saja dua guru itu mendoakan Meysha dan Kalevi. Tetapi sedetik kemudian sifat asli mereka kembali muncul.

"Sudah-sudah. Lagipula hukumannya gak berat kok," sela Pak Tarno.

"Apa pak?" tanya Kalevi penasaran.

"Begini, bapak kasih hukuman kalian yaitu saling membantu satu sama lain untuk marubah sikap menjadi lebih baik dari sebelumnya," beritahu guru berkepala plontos tersebut.

"APA?! GAK SETUJU!" Meysha tak terima.

"Gak ada hukuman yang lain apa Pak? Mending saya lari keliling lapangan atau bersihin toilet gak papa deh Pak," nego Meysha.

"Kamu pikir saya lagi melakukan negosiasi apa?! Lagipula kan kalian udah sering bersihin toilet dan lari keliling lapangan. Tapi apa? Masih mengulangi kesalahan lagi tho?!!" decak Pak Tarno. "Pokoknya keputusan saya sudah kotak."

"Bulat Pak," koreksi Bu Dona.

"Sudah ganti tho?"

"Tidak ganti Pak. Memang dari dulu seperti itu."

Pak botak, ralat. Pak Tarno berdehem untuk menghilangkan rasa malunya. "Terima kasih Bu Dona karena telah mengingatkan saya. Keputusan saya sudah bulat, tidak bisa diganggu gugat."

"Boleh saya menambahi Pak?" tanya Bu Dona.

"Ya tentu boleh tho Buk. Monggo."

Bu Dona tersenyum manis ke arah Pak Tarno membuat Kalevi dan Meysha bertukar pandang untuk yang kedua kalinya. Kalevi kemudian sedikit mendekat ke arah Meysha.

"Kayaknya ada tingting antara Pak Tarno sama Bu Dona," bisik Kalevi.

Meysha mengernyit. "Tingting?"

"Iya. Bahasa inggrisnya 'sesuatu' "

Seketika sebuah jitakan maut mendarat di kepala Kalevi. " Itu Something malih!!"

"Beda tipis ini," ujar Kalevu sambil mengelus kepalanya yang terasa sakit, padahal rasa sakit pada perutnya saja belum hilang.

"Heyy! Malah pada pacaran! Ini lho dengarkan Bu Dona mau menambahkan sesuatu," semprot Pak Tarno yang membuat kedua muridnya itu diam.

"Saya mau menambahkan. Kalo seandainya satu Di antara kalian masuk ruang Bk lagi. Maka dua-duanya akan mendapat hukuman dari saya. Hukuman yang tidak akan pernah kalian duga-duga," ucap Bu Dona sambil mengangkat satu sudut bibirnya, membuat Kalevi dan Meysha meneguk salivanya susah payah.

&  &  &  &  &

Meysha memasuki rumahnya dengan lunglai. Sungguh, hari ini adalah hari yang melelahkan baginya. Tadi Meysha dihukum lari keliling lapangan sebanyak 5 kali putaran oleh Pak Agung selaku guru olahraga karena Ia kedapatan menendang-nendang bola voli yang seharusnya dimainkan dengan tangan, ditambah dirinya yang kini tengah datang bulan. Langkah kaki Meysha harus terhenti di depan kamar Sang kakak ketika Ia mendengar suara Amira. Apakah Kakaknya belum berangkat kerja?

"Apa gue harus berhenti kuliah aja ya, Ai?"

Tunggu? Ada masalah apa hingga Kakaknya berpikiran untuk berhenti kuliah. Meysha semakin mencondongkan tubuhnya ke arah pintu kamar Amira yang tidak sepenuhnya tertutup itu.

"Ya terus gimana lagi? Kebutuhan gue sama Adek gue itu gak sedikit. Dan sebagian uang hasil jual rumah Papah diminta paksa sama Om dan Tante gue."

Apa? Kenapa Kak Amira  tidak bercerita tentang hal itu padanya? Ini sudah keterlaluan, pikir Meysha. Om dan Tante dari Papahnya memanglah gila harta.

"Kalo mengharapkan uang dari keluarganya Mamah, gue jadi ngerasa gak enak. masa iya gue dan Meysha harus bergantung terus sama mereka."

"_"

"Ya kalo gue berhenti kuliah kan seenggaknya gak banyak pengeluaran dan gue bisa fokus sama biaya hidup dan uang Sekolah Meysha aja."

"_"

"Sebenernya gue juga gak mau sampai berhenti kuliah. Ya tapi mau gimana lagi? Keadaannya gak mendukung."

Meysha tak ingin mendengarkan lagi. Ia kemudian berjalan menuju kamarnya dan termenung di atas kasur. Apa yang harus dia lakukan? Ia tidak boleh terus menerus menjadi beban untuk Kakaknya. Dan Meysha tidak boleh membiarkan Kakaknya berhenti kuliah hanya karena Amira ingin fokus pada uang sekolahnya hingga mengorbankan masa depannya sendiri.

Meysha merebahkan tubuhnya di kasur. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya sambil berpikir. "Apa gue harus nyari kerjaan paruh waktu aja ya buat bantu Kak Amira."

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang