61. Tim Clarissa atau Meysha?

850 89 1
                                    

"Hallo, ada Kalevi gak di dalem?" tanya Clarissa kepada beberapa murid laki-laki yang tengah berkumpul di depan warung Bu Tuti.

Bukannya menjawab, mereka malah terdiam dengan mulut yang menganga. Terpana dengan kecantikan seorang gadis bergaya kebarat-baratan yang entah datang dari mana. Berbeda dengan Yoga yang juga berada di sana, Ia malah menatap tak suka ke arah teman sekelasnya tersebut. Sama seperti yang dilakukan oleh Tama.

"Yoga, Kalevinya ada di dalem?" Clarissa nampak menatap jijik warung Bu Tuti kemudian ke arah Yoga dan yang lain.

Yang ada di pikiran Clarissa saat ini yaitu bagaimana bisa Kalevi berada di tempat kumuh dan sempit seperti ini? Bagaimana bisa Kalevi berteman dengan anak-anak urakan dan norak seperti mereka? Yang mungkin menurut Clarissa tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Tentu saja semua ini tidak selevel dengan seorang kandidat penerus salah satu perusahaan besar seperti Kalevi Wirasana.

"Ada," jawab Yoga tanpa mau menatap Clarissa.

Tanpa mengucapkan terima kasih, Clarissa berlalu begitu saja memasuki warung Bu Tuti. Terlihat sekali tidak ingin berlama-lama di sana. Jika saja bukan karena ingin menemui Kalevi, Clarissa bersumpah tidak akan menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.

"Pesona seorang Pemimpin Paswali emang gak ada lawan," ucap Rizky, masih terpesona dengan kecantikan Clarissa.

"Bingung gak ya Bang Levi milih antara Meysha sama Clarissa?" Jaka bertanya-tanya.

"Ngapain bingung? Kalo gue jadi Kalevi, udah jelas gue bakal milih Meysha," ucap Yoga, sibuk dengan gitarnya.

"Sama," pro Tama.

Rizky dan beberapa anggota lain menatap horor dua lelaki yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Baik Yoga maupun Tama, keduanya memang tidak tahu selera para lelaki pada umumnya.

"Kalo gue sih tim Kalevi-Clarissa, tahu sendiri punya Clarissa lebih berisi daripada punya Meysha," ucap salah satu anggota Paswali bernama Deni, yang tentunya mendapat banyak persetujuan.

"Bener juga, cocok lah ya Clarissa yang berisi sama Bang Levi yang gagah perkasa," ujar Rizky. Otak kotornya mulai berjalan.

Tama dan Yoga menghiraukan obrolan yang mulai menjurus ke arah 18+ itu. Tidak semua lelaki selalu memprioritaskan 'sesuatu yang besar' dalam memilih pasangan. Kenyamanan dan rasa cinta juga sangat penting dalam suatu hubungan. Keduanya memilih untuk menyibukkan diri daripada harus mendengarkan obrolan jorok Rizky dkk. Yoga kembali menyetem gitarnya, sementara Tama sibuk mengamati keadaan sekitar.

"Kalevi ayo pulang!"

"Huaaahhhhh panas!"

Ardan mengibas-ngibaskan tangannya di depan mulut. Padahal Ia sudah berusaha sehati-hati mungkin untuk menyeruput kopi panasnya. Tetapi kedatangan nenek sihir, ralat. Kehadiran Clarissa yang tiba-tiba muncul mengagetkan Ardan hingga membuat kopinya tumpah. Kalevi yang tengah menenggelamkan kepala pada lipatan tangannya mau tidak mau mendongak menatap gadis yang kehadirannya tak Ia harapkan sama sekali.

Dengan tidak tahu malu Clarissa menyerobot tempat duduk Reza yang baru saja hendak duduk setelah memesan mie instan dari dapur. Alhasil kuah yang baru saja mendidih itu sedikit mengguyur tangan Reza, membuat tangan lelaki tersebut bernasib sama dengan bibir Ardan.

"Duhh untung cewek, kalo cowok udah gue guyur pake kuah mie lo!" sungut Reza, berjalan kembali ke dapur Bu Tuti untuk meminta kuah lagi.

"Pulang yuk. Aku tadi udah izin ke Mamah Papah kamu buat ngajak kamu mampir beli perlengkapan ujian dulu." Clarissa sudah bergelayut manja di lengan Kalevi.

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang