72. Janji kepada Mamah

923 80 4
                                    

Setelah memarkirkan motornya sembarang di pekarangan, Kalevi segera berlari ke dalam rumah. Matanya membulat sempurna ketika melihat ruang tamu yang berantakan, semua barang berserakan di lantai.

"Den Kalevi."

Sontak Kalevi menoleh ke sumber suara. Sudah ada Bi Siti yang berdiri ketakutan, Ia pun segera mendekati asisten rumah tangga tersebut.

"Kenapa bisa begini Bi?" tanya Kalevi.

"Hari ini Nyonya dan Tuan pulang cepat dari kantornya. Tapi saat mereka baru beristirahat ada orang-orang asing yang dateng bergerombol naik mobil menghajar Pak satpam dan menerobos masuk ke dalam rumah. Mereka menodongkan pisau ke semua orang lalu membawa Tuan Wirasana pergi," jelas Bi Siti.

"Keadaan Pak satpam gimana?"

"Pak satpam langsung dibawa ke rumah sakit sama sopir pribadi Tuan Wirasana."

"Sekarang Mamah dimana Bi? Mamah gak papa kan?"

Bi Siti nampak ragu untuk menjawab. "Ada di ruang makan, Den. Nyonya gak berhenti nangis sejak kejadian tadi. Tangannya luka kena pisau waktu mau nolongin Tuan, tapi gak mau diobatin."

Kalevi bergegas menuju meja makan. Terlihat sang Mamah yang terus menangis di sana. Benar apa yang dikatakan Bi Siti, tangan Mayang berdarah. Kalevi kembali berjalan untuk mengambil kotak obat lalu menemui Mamahnya.

"Mah," panggil Kalevi lembut.

Mayang mendongak dengan lemah, tangisnya kembali pecah ketika melihat wajah putranya. "Papah kamu diculik Kalevi, dia dibawa sama orang-orang jahat," isak Mayang.

Tak berniat membalas ucapan Mamahnya, Kalevi bersimpuh di lantai, tepat di bawah Mayang. Lelaki itu menarik tangan Mayang yang terluka untuk diobati. Namun, wanita itu menarik tangannya.

"Mamah gak penting Kalevi, ini cuma luka ringan. Yang perlu kamu khawatirkan sekarang adalah Papah kamu, dia dalam bahaya sekarang," ucap Mayang dengan suara bergetar.

Lagi, Kalevi tak merespons ucapan Mayang. Ia kembali menarik tangan Mamahnya yang terluka sehati-hati mungkin dan benar-benar mengobatinya dengan teliti. Sementara Mayang menatap anaknya penuh tanda tanya. Apakah sebenci itu Kalevi terhadap Ayahnya? Wirasana sedang diculik, dan wajah Kalevi terlihat tenang-tenang saja.

"Mamah tahu kamu sangat membenci Papah. Tetapi apakah kamu tetap akan diam saja ketika nyawanya terancam? Papahmu sedang diculik, Kalevi. Apa kamu gak khawatir jika terjadi sesuatu sama Papah?" desak Mayang.

Mayang dan Wirasana memang selalu berdebat sepanjang waktu. Tetapi Wirasana tetaplah suaminya, Mayang mencintainya meskipun hanya sedikit. Mayang mengkhawatirkan keadaannya. Bagaimanapun Wirasana, dia adalah lelaki yang rela melakukan apapun untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Mayang belum siap jika harus kehilangan Wirasana.

"Tolong cari Papah, Kalevi. Mamah gak akan sanggup hidup tanpa Papah kamu," pinta Mayang.

Kalevi masih menyibukkan diri untuk mengobati luka Mayang. Setelah membersihkan darah di tangan Mamahnya yang terluka akibat terkenal goresan pisau penculik, Ia memberi obat merah pada luka tersebut lalu membalutnya dengan kain kasa. Ketika dirasa sudah selesai, Kalevi mengelus tangan itu lalu menciumnya sambil tersenyum pada sang Mamah, membuat Mayang tertegun dan tak lagi mampu berkata-kata.

"Mamah tenang aja ya. Kalevi janji akan bawa Papah pulang dengan selamat," tekad Kalevi.

Lelaki itu bangkit dan melangkah keluar menuju motornya. Mimiknya berubah 180°, yang tadinya terlihat biasa-biasa saja berubah mengerikan. Kilatan amarah nampak jelas pada netral kelam itu. Kalevi menggunakan helm full face miliknya dan segera melaju menuju markas Paswali dengan kecepatan di atas rata-rata.

KaleviWhere stories live. Discover now