78. Senja dan tangis

1.1K 90 17
                                    

Dorr!!

Peluru yang keluar dari senapan itu berhasil melubangi atap gedung setelah Bara menerjang tubuh Arya, membuat lelaki tersebut terjatuh ke tanah bersamaan dengan pistol yang terlempar tepat di bawah kaki Riko. Melihat hal tersebut, Kalevi maupun Paswali dan SakTi dapat bernapas lega karena Arya gagal mencelakai Meysha.

"Lumpuhkan mereka semua!" perintah Bara yang masih menahan tubuh Arya.

Semuanya mulai bergerak untuk menyerang. Amarah yang mereka tahan sejak tadi mulai mereka luapkan dengan cara menyerang musuh membabi buta setelah Riko berhasil mengamankan senjata Arya dan komando dari Bara. Kini mereka tak akan ragu untuk menghajar lawan karena tak ada lagi yang menjadi sandera.

Bara mulai memukuli Arya tanpa ampun karena telah menjadi otak dari kerusuhan ini. Ardan dan Reza bergerak untuk menyerang dua orang yang masih memegangi Kalevi. Setelah dua orang itu tumbang, Ardan dengan cepat menahan tubuh Kalevi yang hampir terjatuh karena luka-luka yang dideritanya akibat dihajar terus menerus oleh musuh. Kemurkaan dua sahabat Kalevi dapat terukir jelas di wajah mereka.

"Ayo kita ke bawah, lo harus diamanin lebih dulu. Di sana ada beberapa anggota kita yang bakal bawa lo ke rumah sakit selama gue dan yang lain nyelesain ini semua," ajak Ardan, memapah Kalevi.

"Gue gak papa. Gue mau nyelametin Bokap gue dan Meysha," kata Kalevi.

"Gak papa matamu! Lo babak belur gini, Lev! Masalah Om Wirasana sama Meysha biar gue yang lepasin mereka," ujar Reza.

Reza beranjak menuju tempat Ayah dari sahabatnya diikat untuk melepaskannya. Sepeninggalan Reza, Kalevi berusaha bangkit dengan sisa tenaga yang dimiliki. Baju putih yang Ia kenakan tak lagi berwarna putih karena darah hampir mendominasi warnanya, sementara Ardan mengerutkan keningnya ketika Kalevi mulai melangkah ke arah dimana Reza pergi.

"Lev lo harus segera dapet penanganan, Meysha dan Om Wirasana biar Reza yang-"

Bugghhh!

Belum sempat Ardan menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Ia mendapat pukulan dari musuh tepat di wajah. Niatnya yang hendak membawa Kalevi ke lantai bawah terurungkan ketika musuh mulai menghampirinya satu persatu. Kalevi menghiraukan apapun yang tengah terjadi, Ia melewati orang-orang yang tengah berkelahi menuju pada Meysha. Dapat Kalevi lihat Reza tengah melepaskan Papahnya.

"Om gak papa?" tanya Reza, berusaha melepaskan tali yang mengikat Wirasana pada kursi.

Wirasana membisu, tak pernah terbesit di otaknya sedikitpun bahwa Ia akan diselamatkan oleh teman-teman dari anaknya yang selama ini telah Ia hina sebagai anak-anak berandalan yang tak memiliki masa depan, dan sekarang Wirasana harus menjilat ludahnya sendiri.

"Za tolong bawa Bokap gue ke bawah duluan," pinta Kalevi.

"Lo gimana?"

"Gue nyusul setelah ngelepasin Meysha."

Dengan ragu Reza mengangguk mematuhi ucapan Kalevi. "Ayo Om, biar Reza bawa ke tempat aman," ajaknya kepada Wirasana.

Sebelum beranjak pergi dengan Reza, Wirasana menyempatkan diri untuk menatap putra semata wayangnya yang kini dalam keadaan babak belur, begitupun dengan Kalevi yang juga membalas tatapan sang Ayah dengan sorot teduh. Lelaki itu tersenyum tulus, senyum yang sudah sangat lama tak pernah Wirasana lihat dari wajah tampan putranya.

"Tolong jaga diri Papah sampai ini semua berakhir. Karena Kalevi udah janji ke Mamah akan bawa pulang Papah dalam keadaan baik-baik saja," pesan Kalevi.

Wirasana mengangguk, lalu setelahnya meninggalkan Kalevi bersama dengan Reza hendak menuju lantai bawah. Lelaki yang kini telah menginjak kepala empat itu meyakinkan serta memantapkan dirinya sendiri bahwa setelah ini berakhir Ia akan memperbaiki apa yang telah Ia rusak. Entah itu penebusan rasa bersalahnya kepada Kalevi ataupun Arya. Sepeninggalan sang Ayah dan sahabatnya, Kalevi segera beralih tempat ke belakang Meysha guna melepaskan ikatan tali yang melilit tubuh mungilnya.

KaleviWhere stories live. Discover now