11. Keturunan Sun Go Khong

1.9K 130 1
                                    


Emansipasi wanita semakin memudar seiring berkembangnya zaman
jadi jika ingin terus hidup maka berjuanglah

-Meysha Nalandhipa-

Kalevi tersenyum mengejek ke arah gadis yang tengah mencari cara untuk masuk melalui gerbang Sekolah. Wajahnya terlihat frustrasi karena gerbang sudah terkunci rapat. Dasar gadis keras kepala, padahal Kalevi sudah mengajaknya membolos.

"Udah sih balik aja, daripada ketahuan Pak Tarno. Bisa dihukum lo," saran Kalevi.

Meysha memberi tatapan membunuh ke arah Kalevi. Dasar lelaki menyebalkan! Bukannya memberi saran atau membantu Meysha, Kalevi malah hanya mengoceh di atas sepeda motornya.

"Bukannya bantuin malah bacot aja lo bisanya!" umpat Meysha.

Kalevi mengangkat bahunya acuh sambil memainkan kunci motornya.
"Ogah."

Meysha berusaha mencari keberadaan Pak Udin. Kemanakah Pak satpam itu? Ahh Meysha baru ingat jika di jam-jam seperti ini Pak Udin akan ngopi di kantin Mbok Jum. Lalu bagaimana Meysha bisa masuk? Sebenarnya Ia bisa dengan mudahnya memanjat pagar yang menjulang tinggi itu. Tapi jika tiba-tiba Pak Tarno atau Bu Dona muncul bagaimana? Bisa tamat riwatnya. Meysha pasti akan diceramahi tujuh hari tujuh malam oleh dua sejoli itu.

Ya ampun! Kenapa Meysha bisa melupakan sesuatu. Ia baru ingat jika  ada jalan pintas yang selalu  digunakan oleh murid laki-laki ketika terlambat berangkat sekolah atau hendak membolos. Tanpa menunggu lama Meysha ngacir meninggalkan Kalevi begitu saja.

"WOY MAU KEMANA LO?!"

"MAU LEWAT JALAN PINTAS!"

Kini Meysha sudah berdiri tegak menatap tembok yang menjulang tinggi di hadapannya. Perhatiannya teralihkan ke arah seorang laki-laki yang baru datang dengan napas tersengalnya.

"Lo keturunan Jaguar apa gimana sih? Lari kenceng amat!" cerocos Kalevi dengan napas ngos-ngosan.

Meysha menatap Kalevi tanpa minat. Laki-laki di sampingnya ini benar-benar berlebihan sekali. Meysha yakin ribuan persen jika Kalevi jarang berolahraga. Terlihat jelas dari napasnya yang sudah seperti orang asma walau hanya berlari beberapa ratus meter saja.

"Motor lo mana?" tanya Meysha.

"Gue titipin di Warung BuTut."

"Yaudah ayo manjat," ucap Meysha yang sudah mengambil ancang-ancang menaiki pohon mangga dekat tembok belakang sekolah itu.

"Kenapa harus manjat? Lewat pintu belakang kan lebih gampang," ucap Kalevi kemudian berjalan dengan santainya menuju pintu yang berada beberapa meter dari tempatnya berdiri.

"Pintunya udah digembok sama Pak Tarno. karena dia udah tau kalo jalur itu adalah jalur utama buat anak-anak yang telat dan suka bolos kaya lo!" cela Meysha tak sadar diri.

Kalevi menghentikan langkahnya seketika dan berbalik menatap Meysha yang dengan santainya sudah nangkring di atas pohon. Sebelas dua belas dengan teman Dora. "Mau manjat dari sana? Gak sayang sama masa depan lo?" tanya Meysha. "Cuma ngasih tau aja sih," lanjutnya, bersiul-siul tidak jelas.

Masa depan? Tentu saja. Pintu belakang terbuat dari besi dan atasnya pun dihiasi besi-besi berbentuk runcing. Jika Kalevi kehilangan keseimbangan sedikit saja, maka tamat sudah riwayatnya. Sial! Hanya sekadar membayangkannya saja sudah membuat lelaki berhidung mancung itu merasakan ngilu. Terpaksa Ia mengikuti cara Meysha dengan memanjat pohon. Kalevi mengamati gerakan Meysha yang terlihat sudah sangat handal dalam bidang panjat memanjat. Kedua kaki meysha mendarat sempurna di tanah. Diikuti oleh Kalevi yang sekarang berdiri di sampingnya.

"Handal banget lo manjatnya. Gue curiga jangan-jangan lo keturunan Sun Go Khong ya? Atau lo mantan Atlet panjaga pinang tujuh-belasan?" lantur Kalevi.

Meysha menatap malas laki-laki di sampingnya. "Emansipasi wanita semakin pudar seiring berkembangnya jaman, kalo mau hidup maka harus berjuang. "

"Dunia ini keras untuk siapapun, apalagi kaum wanita. Maka dari itu gue sabagai kaum wanita harus kuat. Hanya karena kita wanita bukan berarti kita gak bisa mengerjakan kerjaan pria. Itu bukan menentang kodrat Tuhan, tapi wanita harus bisa mandiri, harus kuat dan tegar agar tidak ditindas oleh siapapun."


"Lagipula wanita lemah gak akan berguna hidup di dunia sekeras dan sekejam ini," final Meysha setelah berceloteh ria.

Meysha meninggalkan Kalevi begitu saja. Tak menghiraukan wajah cengok seorang Kalevi yang terpana mendengar ucapannya tadi. Meysha benar-benar mirip motivator yang sering Kalevi tonton di televisi.

"Meysha teguh," gumam Kalevi sambil terkekeh kecil.

&  &  &  &  &


Meysha berjalan dengan santai memasuki kelas, tak mempedulikan tatapan-tatapan tercengang dari teman-teman sekelasnya. Siapa yang tak kaget, Meysha sudah telat Dua jam lebih. Dan gadis itu dengan tidak tahu malunya langsung duduk di bangkunya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun. Beruntung guru yang mengajar di kelas tersebut belum lama keluar untuk berganti jam pelajaran lain.

Dengan mulut terbuka Metha dan Sisi yang duduk di depan Meysha mengamati setiap pergerakan sahabatnya itu dari awal masuk kelas sampai Meysha duduk manis di tempatnya.

"Kemana aja lo, Sya? Jam segini baru dateng!" teriak Yoga selaku Ketua Kelas.

Meysha menatap jengah laki-laki berpostur tubuh tinggi itu. Kemudian mengangkat jari tengahnya dan menunjukannya pada Yoga. Fucek!!

"Dihh bangke ni anak!" umpat Yoga.

Meysha beralih menatap dua orang gadis di hadapannya yang sedari tadi setia menatap dirinya. "Ngapa lo berdua?"

Keduanya menggeleng bersamaan. "Darimana, Sya?" tanya Metha.

"Dari rumah."

"Lha kok Meysha baru dateng sih?" Giliran sisi yang bertanya.

Meysha menghela napas panjang. Apakah ia harus bercerita? Aishh! Meysha sedang dalam Mode malas sekaligus sensi hari ini. "Tadi gue kehabisan pembalut makanya terlambat terus tadi harus berurusan juga sama Pak Tarno gara-gara ketahuan makan di kantin."

Metha dan Sisi mengangguk paham.
"Meysha jangan sering-sering terlambat ya. Sisi kasihan tahu kalau Meysha selalu masuk ruang Bk terus dimarahin sama Pak Tarno dan Bu Dona."

Meysha terhenyak mendengar ucapan Sisi yang dari sorot mata gadis Hiperaktif itu terlihat begitu tulus. Ya, Meysha akui Ia tersentuh oleh ucapan Sisi barusan.

"Jangan jadikan masa lalu itu sebagai perusak diri lo sendiri, Sya. Kita emang gak pernah mengalami apa yang lo alami. Tapi Kita bisa merasakan apa yang lo rasakan. Karena kita diikat dalam ikatan persahabatan," tutur Metha.

Meysha benar-benar tidak bisa berkata apa-apa ketika kedua sahabatnya mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang membuat Meysha merasa tidak sendiri.

"Kita emang baru kenal saat masuk SMA. Tapi Gue yakin lo sebenernya cewek yang baik. Gak kaya apa yang orang-orang pikirkan. Keadaan lah yang membuat lo berubah. Tapi apapun dan bagaimanapun lo, kita akan tetap ada buat lo," ucap Metha dengan mantap.

"Iya. Sampai kapanpun kita akan tetep ada buat Meysha. Jadi Meysha jangan pernah merasa sendiri lagi ya. Kalau perlu Sisi bakal jadi Mamah meysha terus Metha jadi papahnya," ucap Sisi dengan riang.

"Emang lo kira muka gue muka laki apa Si?!!" ujar Metha tak terima.

Meysha tertawa renyak ketika melihat wajah cemberut Metha. Meskipun Meysha tak tahu apa sangkut pautnya keterlambatannya dengan masa lalu itu. tapi setidaknya Meysha merasa bersyukur memiliki sahabat seperti Sisi Jayanti dan Metha Pramudya. Orang yang benar-benar memahami dan orang yang kuat dengan sifat Meysha seperti Sang Kakak dan Dika.

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang