Extra Part 2

2.7K 177 44
                                    

Meysha menggoyang-goyangkan pagar Sekolah yang menjulang tinggi, merasa geram karena lagi dan lagi Ia harus terlambat. Pagar sudah terkunci rapat dan Pak Udin sudah tidak ada lagi di posnya, mungkin sedang menikmati kopi hitam pahitnya di warung Mbak Jum.

Buru-buru Meysha berlari menuju belakang Sekolah. Tentu saja Ia akan melewati jalur yang sering digunakan murid-murid untuk membolos. Meysha memanjat pohon mangga yang dapat menghubungkannya pada tembok belakang Sekolah yang menjulang tinggi. Nilai Meysha memang berubah drastis menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya, tetapi sifatnya tak berubah sedikitpun. Ia masih sering datang terlambat dan masih menjadi langganan BK meskipun kini Ia menginjak kelas 3 SMA.

Sebenarnya bisa saja Ia memanjat pagar Sekolah yang tak dijaga tadi, hanya saja Meysha takut jika tiba-tiba guru piket atau anggota OSIS berpatroli dan menangkap basahnya. Tentu saja Meysha tidak ingin dihukum di depan junior-juniornya. Ia sudah kelas tiga SMA, tentu harus menjaga reputasinya sebaik mungkin. Setelah memanjat tembok ini, Ia akan bergegas menuju kelasnya agar tidak dihitung bolos dan tak perlu dijemur serta mendapatkan hukuman dari Bu Dona.

"Ternyata keahlian gue belum hilang," gumam Meysha, tersenyum bangga setelah sampai di atas tembok.

Gadis itu segera melempar tasnya ke tanah terlebih dahulu sebagai bantalannya ketika mendarat. Namun, siapa sangka ketika baru saja menyiapkan kuda-kudanya untuk terjun, Meysha kehilangan keseimbangannya.

"AKKHH!"

Mata Meysha terpejam, sudah bersiap merasakan rasa sakit akibat tubuhnya yang akan segera menghantam tanah dengan keras. Namun, anehnya setelah cukup lama Ia tak merasakan apapun. Perlahan Meysha memberanikan diri untuk membuka mata. Dan ketika mata gadis itu benar-benar terbuka sempurna, mulutnya terkatup rapat ketika mengetahui bahwa seseorang berhasil menangkap tubuhnya agar tidak sampai membentur tanah.

Mata keduanya saling bertemu. Semesta mulai bekerja, mempersilahkan dua insan itu betegur sapa lewat tatapan yang menyiratkan banyak arti. Memberi mereka kesempatan untuk merindu setelah hampir dua minggu lebih tidak bertemu.

"Lo gak papa?" tanya Kalevi, menyadarkan Meysha.

Buru-buru Meysha meminta Kalevi untuk menurunkannya. Ia kemudian meraih tasnya. "Makasih," kata Meysha.

Meysha harus bergegas pergi. Tidak baik berlama-lama bersama Kalevi seperti ini. Bukan untuk Janjinya saja, melainkan juga untuk perasaannya juga. Semakin lama Meysha menatap netra kelam itu semakin sulit juga Ia beranjak nantinya. Namun, tangan kekar Kalevi tak mengizinkan Meysha pergi begitu saja.

"Kenapa lo selalu menghindari gue? Bukannya kita ini teman?" tanya Kalevi.

"Gue harus ke kelas sekarang," balas Meysha, berusaha melepaskan tangan Kalevi darinya.

"Selama gue dirawat di rumah sakit lo cuma jenguk gue sekali, setelahnya lo terus-terusan ngehindar dari gue. Kenapa, Sya?" tuntut Kalevi.

Meysha tertunduk, berusaha menahan air matanya yang kini sudah ada di pelupuk mata. Ia tak berani menatap mata Kalevi meskipun hanya sebentar. Lagi, rasa sakit itu kembali hadir, mencabik-cabik hati Meysha yang belum sepenuhnya sembuh.

"Maaf gue harus pergi sekarang. Mungkin lain kali kita bisa ngobrol lagi," kata Meysha setelah berhasil terlepas dari Kalevi.

Meysha kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa langkah saja tangannya kembali di tarik cepat oleh Kalevi.

Deg!

Tubuh Meysha seakan membeku ketika tiba-tiba Kalevi memeluknya dengan erat. Dan saat itu juga Meysha merasakan waktu seakan berhenti berputar, memberi mereka kesempatan untuk merindu lebih lama lagi.

KaleviWhere stories live. Discover now