43. Dalang sesungguhnya

931 72 3
                                    

"Bangun Sya."

Kalevi menggenggam tangan Meysha yang tak sadarkan diri. Setelah melihat Meysha pingsan akibat tertabrak mobil, tanpa menunggu lama Kalevi dan Pak Tarno membawanya ke rumah sakit. Dokter bilang Meysha mengalami gegar otak ringan akibat benturan. Tak bosan-bosannya Kalevi mengamati wajah damai Meysha yang kepalanya tengah dililit perban. Tiba-tiba Ia mengingat percakapannya dengan Metha di depan ruang UGD sebelum gadis itu kembali ke Sekolah bersama Bu Dona.

Metha menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika Meysha tertabrak mobil. Menurut penuturannya, saat itu Meysha, Sisi, dan dirinya hendak kembali ke Sekolah setelah membubarkan murid-murid. Dan saat mereka menyeberang jalan, sebuah mobil hitam melaju kencang ke arah mereka. Metha dan Sisi yang hampir sampai di tepi jalan masih sempat menyelamatkan diri, neski tangan dan lutut mereka harus bergesekan dengan aspal. Namun, nahasnya Meysha yang berjalan tepat di belakang mereka harus tertabrak karena tidak sempat untuk menghindar.

"Gue yakin 100% kalo ini semua ada unsur kesengajaan, mobil itu memang bertujuan buat nabrak Meysha," kata Metha selesai menjelaskan kronologi kejadian.

Sial! Pernyataan Metha tadi masih saja mengusik Kalevi. Unsur kesengajaan? Tapi siapa yang melakukannya? Siapa yang berani menyakiti miliknya? Pasukan Merpati? Johan?

"Apa jangan-jangan-"

Ceklek!

"Meysha."

Seorang wanita masih dengan baju kerja yang masih melekat di tubuhnya memasuki ruangan begitu saja. Diikuti seorang laki-laki dengan pakaian kasual. Kalevi bangkit dari tempat duduknya ketika Amira berjalan ke arah Meysha.

"Kamu kenapa Sya?" Amira mengelus surai sebahu milik Meysha sambil menggenggam tangannya erat.

Mata bengkak Amira memberitahu Kalevi bahwa dirinya sangat-sangat mengkhawatirkan Meysha. Bagaimana tidak, saat ini satu-satunya yang Amira miliki adalah adiknya.

"Meysha mengalami cedera kepala akibat benturan Kak. Tapi kata dokter selebihnya gak ada yang harus dikhawatirkan," beritahu Kalevi.

"Kenapa bisa gini sih, Lev? Kakak kan udah minta tolong sama kamu buat menjaga Meysha." Karena terlalu mengkhawatirkan adiknya, Amira sampai berkata demikian kepada Kalevi.

"Maaf Kak." Kalevi menunduk karena merasa bersalah. "Kalevi keluar sebentar."

Devan memperhatikan Kalevi sampai tubuh remaja SMA itu hilang di balik pintu. Terlihat dengan jelas jika Kalevi menyesal karena gagal melindungi kekasihnya. Di luar ruangan Meysha, Kalevi duduk di bangku tunggu sambil merilekskan tubuh, dengan kepala yang Ia sandarkan pada dinding sambil menengadah menatap langit-langit rumah sakit. Hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya, pertama penyerangan di warung Bu Tuti kemudian tertabraknya Meysha.

"Siapa? Kalo emang bener Meysha sengaja ditabrak, kira-kira siapa yang berani melakukannya? Apa dia orang yang juga menyerang warung Bu Tuti?" gumam Kalevi, berusaha mencari titik terang dari kasus ini.

Tiba-tiba tangannya mengepal kuat serta rahangnya mengeras. "Siapapun pelakunya, gue gak akan kasih ampun karena udah nyakitin orang-orang yang gue sayang."

"Kalevi."

Suara bariton itu menyadarkan Kalevi dari kemarahannya. Seorang pria berbalut jas yang sudah berantakan berdiri di samping Kalevi. Perawakannya tinggi dengan tubuh yang atletis layaknya anak remaja. Wajah lelaki itu dipenuhi peluh serta napas yang tidak teratur, menandakan bahwa lelaki itu baru saja berlari karena mengkhawatirkan gadis yang kini tengah menerima perawatan di dalam ruangan.

"Boleh saya bicara sebentar sama kamu?"

&  &  &  &  &

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang