20. Peduli

1.3K 96 1
                                    

Meysha berlari menyusuri koridor Sekolah. Tujuannya saat ini adalah Ruang Uks. Tadi Meysha baru saja mendengar kabar dari Yoga bahwa Kalevi terluka. Dan tanpa babibu, Meysha memutuskan untuk melihat kondisi kekasihnya itu. Karena terlalu terburu-buru, Meysha tanpa sengaja menabrak dada bidang seorangmurid laki-laki.

"Eh. Sorry."

"Meysha? Ngapain lari-lari?" tanya Dika.

"Ehh, Dika. itu-"

"Nah kebetulan nih ketemu lo di sini, Sya. Gue mau minta saran. Menurut lo gue harus ikut olimpiade matematika atau lomba cerdas cermat tingkat nasional?"

Meysha nampak tidak enak. Tapi dia harus buru-buru menemui Kalevi. "Emm maaf, Dik. Gue buru-buru," ucapnya tak enak hati.

"Mau kemana sih? Jangan bilang lo mau bolos lagi? Nanggung Sya, bentar lagi bel pulang," ujar Dika.

"Gue mau ke UKS."

"Lo sakit, Sya? Sakit apa?" Tangan Dika terulur menyentuh dahi Meysha.

"Gak panas kok."

"Gue mau liat kondisi Kalevi. Gue denger tadi dia luka waktu berhadapan Sama Pasukan Merpati," cicit Meysha, tak enak hati.

Tangan Dika sontak turun secara perlahan. "Oh kirain lo yang sakit. Yaudah sana," ucap Dika sambil tersenyum.

"Gue duluan ya, Dik," pamit Meysha kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruang UKS.

Dika mematung di tempatnya. Sesak? Tentu saja. Karena sampai sekarang Ia masih mencintai gadis berambut sebahu itu, dan mungkin sampai kapanpun. Dika tersenyum miris. Bukankah Ia sudah merelakan Meysha untuk Kalevi? Tapi kenapa sesulit dan sesakit ini? Biarlah, yang terpenting Meysha bahagia maka Ia ikut bahagia untuk gadis itu.

"Langgeng terus ya, Sya," gumamnya.

Tanpa permisi Meysha membuka dengan kasar pintu UKS. Membuat orang-orang yang ada di dalam sontak menatap ke arahnya. Meysha pikir hanya ada Kalevi di dalam, ternyata juga ada Bara, Ardan, dan Reza yang tengah menemani lelaki tersebut.

"Eh Meysha! Sini masuk. Bebeb Kalevi agi atit nihhh," ucap Ardan menggoda.

Meysha melangkah dengan ragu memasuki ruangan Uks.

"Oh ini yang namanya Meysha toh. Cewek yang bisa nakhlukin hati bos gue," ujar Reza.

Meysha memaksakan senyumnya. Ia kemudian mengamati Bara yang tengah memasang perban di tangan Kalevi yang terluka.

"Ehh tunggu dulu!" Ucap Meysha menghentikan aktivitas Bara.

Kini perhatian semua orang tertuju pada satu-satunya gadis di ruangan itu.

"Apa?" tanya Bara dingin.

"Itu- masangnya bukan begitu," beritahu Meysha.

"Emang gimana yang bener? Pasangin dong," pancing Kalevi.

Meysha melirik Bara. Ia kemudian bertukar posisi dengan kulkas berjalannya Rajawali. Meysha mulai memasang perban di tangan Kalevi dengan benar. Kalevi memberi isyarat kepada ketiga sahabatnya agar segera pergi. Bara sudah melenggang pergi, lelaki itu tahu betul apa yang diinginkan Kalevi. Sementara Ardan dan Reza harus menggodanya terlebih dahulu.

"Cabut dulu ya, bos. Awas jangan macem-macem. Dinding SMA Rajawali bisa mendengar segalanya," goda Ardan.

"Selamat berduan." Reza ikut-ikutan.

Dua semprul itu bergegas pergi ketika Kalevi menggertaknya. Sekarang perhatian Kalevi terpusat sepenuhnya pada Meysha yang tengah sibuk mengobatinya. Gadis itu terlihat semakin cantik saja ketika sedang fokus seperti ini.

"Lo ngapain sih sampe bisa luka kaya gini?! Mana lukanya lumayan dalem!" omel Meysha, fokus melilitkan perban di tangan Kalevi.

Kalevi tak menjawab. Ia tetap menatap wajah cemberut Meysha yang tengah marah-marah padanya. Jika seperti ini, Kalevi bersedia terluka berkali-kali agar bisa lebih dekat dengan Meysha seperti sekarang. Diobati, dikhawatirkan, dan dimarahi seperti seorang ibu yang marah pada anaknya.

"Jangan suka berantem terus bisa gak sih?! Bahaya!"

"Ciee khawatir," goda Kalevi.

Meysha mendongak. Aihh, jaraknya dengan Kalevi sangatlah dekat. Bahkan Meysha pun dapat merasakan napas lelaki itu menerpa wajahnya. Mata keduanya terkunci untuk sesaat, tenggelam dalam keheningan ruang uks.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Meysha tersadar. Buru-buru Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Pd banget sih lo! Gue itu cuma gak mau ya ikut keseret lagi ke ruang Bk bareng lo! Lo inget kan anceman Bu Dona?" kilah Meysha.

"Hilih, Alasan! Gengsi lo gede banget sih, Sya. Kalo khawatir tuh bilang khawatir gak usah alesan bawa-bawa nama Bu Dona segala!" decak Kalevi, susah sekali membuat Meysha berkata jujur tentang perasaannya.

"Serah lo! Gue mau balik ke kelas, bentar lagi bel pulang Sekolah," pamit Meysha lalu bangkit.

Baru membalikkan badannya hendak pergi, tangan Kalevi menahan Meysha kemudian menariknya. Gadis itu hilang keseimbangan dan terjatuh ke dada bidang milik Kalevi. Lagi dan lagi!

"Temenin gue di sini. Nanti gue yang akan antar lo balik."

Meysha segera bangkit. Setelah adegan tadi otak Meysha seolah-olah berhenti bekerja. Dan finalnya Ia mengangguk, menyetujui ucapan Kalevi.

&  &  &  &  &

"Bagaimana menurut Bapak dan Ibu guru tentang masalah ini?" tanya Bapak kepala Sekolah.

Saat ini dua guru BK yaitu Pak Tarno, Bu Dona serta Pak Yadi, selaku guru kesiswaan tengah mengadakan rapat dadakan. Mereka tengah memperbincangkan tentang penyerangan yang dilakukan SMA lain yang baru saja terjadi.

"Kalo menurut saya sebaiknya bubarkan saja Geng nya Si Kalevi itu Pak," saran Pak Yadi.

"Tapi saya tidak yakin kalau mereka akan menurut," ucap Pak Tarno.

"Ya kalau tidak menurut, kita beri hukuman mereka atau keluarkan saja mereka dari Sekolah ini. Mereka hanya bisa berbuat onar saja kan?! Fasilitas Sekolah pun banyak yang rusak karena serangan tadi!" ucap Pak Yadi memanas-manasi kepala Sekolah.

"Serangan tadi Bukan sepenuhnya salah Kalevi dan Geng nya Pak. Seperti yang kita tahu jika SMA Merpati yang lebih dulu membuat ulah. Kalevi dan teman-temannya justru menahan anak-anak Merpati agar tidak melukai murid Rajawali," bela Bu Dona.

"Saya setuju dengan Bu Dona. Lagipula pasukan Rajawali yang diketuai oleh Kalevi tidak pernah merugikan Sekolah kan? Jika kita membubarkan Pasukan Rajawali, itu malah akan menimbulkan konflik baru," saran Pak Tarno.

"Tapi tetap saja! Pasukan Rajawali hanya akan mencoreng nama baik Sekolah kita tercinta ini," protes Pak Yadi.

"Saya tidak setuju dengan ucapan Bapak. Jangan lupakan bahwa Kalevi dan anggotanya pernah memenangkan Tournament basket tingkat nasional, ajang bela diri, dan banyak lagi. Mereka juga sering membantu urusan anggota OSIS serta keamanan Sekolah," kontra Pak Tarno.

"Bagaimanapun Pasukan Rajawali tidak akan bisa dibubarkan. Mereka bagaikan jantung Sekolah ini," jelas Pak Tarno.

Kepala Sekolah bernama Pak Darwin itu nampak berpikir. "Benar juga apa kata Pak Tarno dan Bu Dona. Kalau begitu saya tidak akan membubarkan Pasukan Rajawali. Semuanya saya serahkan pada Pak Tarno dan Bu Dona. Terserah kalian berdua akan diapakan mereka. Memberi bimbingan mungkin," putus Pak Darwin.

"Kalo sudah selesai, saya permisi," pamait Pak Yadi kemudian melenggang pergi.

"Saya tidak mengerti kenapa Pak Yadi terlihat begitu benci pada Pasukan Rajawali," ucap Pak Darwin pada Bu Dona dan Pak Tarno.

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang