54. Pesan

787 54 1
                                    

Senyum Clarissa terus tercetak di sepanjang perjalanan. Pasalnya hari ini dan seterusnya Ia akan pulang Sekolah bersama dengan Kalevi. Gadis itu memeluk Kalevi dengan erat. Dan yang hanya bisa dilakukan oleh lelaki tersebut hanyalah pasrah. Ia sudah berkali-kali berusaha melepaskan tangan Clarissa yang melingkar di perutnya, tetapi sedetik kemudian kembali seperti semula. Jadi, Kalevi memutuskan mengalah daripada mereka harus mengalami kecelakaan.

"Lev mampir dulu yuk ke cafe itu," pinta Clarissa dengan suara manjanya.

"Gak."

"Ayo dong Lev, aku laper banget nih. Nanti aku yang traktir deh."

"Gak," tolak Kalevi.

Memangnya Kalevi ini apa? Sopirnya? Kalevi melakukan semuanya karena terpaksa. Jika tidak mendapat ancaman dari Sang Papah, mana sudi Ia membonceng perempuan lain selain Meysha.

"Aku bilangin Papah kamu ya," ancam Clarissa.

Dengan amarah yang tertahan, Kalevi terpaksa menghentikan motornya di depan cafe Lavanya. Cafe milik sepupu sahabatnya sekaligus tempat kerja Kakak perempuan Meysha, Amira. Clarissa turun dari motor lalu seperti anak kecil dia menarik Kalevi dengan riang memasuki cafe.

"Mau pesan apa?" tanya pelayan cafe dengan sopan.

Sial! Bahkan Kalevi tak memiliki keberanian sedikitpun untuk menatap Amira. Kalevi telah melukai hati Meysha, tentu saja Amira pasti akan sangat kecewa kepadanya.

"Aku pesen chicken katsu satu, minumnya jus alpukat satu ya Kak," kata Clarissa.

Perlahan Kalevi memberanikan diri untuk mendongak menatap Amira yang tengah fokus mencatat pesanan. Wajah cantik itu masih dihiasi senyum ramah, bukti sikap profesionalnya dalam bekerja. Damn! Buru-buru Kalevi menunduk ketika mata mereka saling bertemu. Tidak, Ia tidak sanggup menatap sorot kecewa dari orang yang sempat mempercayakan kebahagiaan adiknya kepada Kalevi.

"Kalo pacarnya mau pesan apa?" tanya Amira kepada Kalevi, seolah tidak pernah kenal.

Lagi, Clarissa tersenyum sumringah ketika mendengar ucapan Amira. Bahkan seorang pelayan cafe pun menilai mereka sebagai sepasang kekasih, padahal jika dipikir-pikir mereka belum meresmikan status 'pacaran' mereka. Berbeda dengan respons  Kalevi yang kini tak lagi berekspresi. Entahlah, hatinya merasa terluka ketika Amira bersikap seolah Kalevi adalah orang asing yang baru pertama kali ditemui.

"Bukan pacar, calon tunangan. Doain ya Kak semoga bulan depan acara pertunangannya lancar," ucap Clarissa, senyumnya merekah.

"Ah, iya. Doa terbaik untuk kalian berdua," kata Amira sambil tersenyum.

Kalevi menatap tak suka kepada gadis di hadapannya. Mengapa Clarissa harus mengatakan hal tersebut kepada Amira? Yang Kalevi yakin akan membuat perempuan yang sudah Ia anggap sebagai Kakak sendiri itu semakin membencinya. Tidak tahu kah Clarissa jika orang yang sejak tadi Ia ajak berbicara itu adalah Kakak dari gadis yang telah Ia renggut kebahagiannya sebanyak dua kali?

"Kalevi kamu kok diem aja sih? Kamu mau pesen apa?" tanya Clarissa menyadarkan Kalevi.

"Hot Capuccino aja."

Amira mencatat pesanan Kalevi. "Ok ditunggu sebentar ya," ucapnya lalu melenggang pergi.

"Kamu kenal sama pelayan tadi?" tanya Clarissa setelah Amira tak terlihat.

"Bukan urusan lo."

Balasan dari Kalevi membuat bibir Clarissa mencebik. Entah harus dengan cara apa lagi Ia membuat sikap Kalevi mencair kepadanya, tetapi Clarissa tak akan pernah berhenti mencoba. Kalevi sudah ada di genggamannya, tak akan pernah dan tak akan mungkin terlepas.

KaleviWhere stories live. Discover now