62. Kenyataan pahit

923 96 1
                                    

Ucapan Clarissa memang tak dapat dipercaya. Tadi gadis tersebut hanya meminta Kalevi untuk mengantarnya membeli perlengkapan untuk menghadapi ujian lalu pulang. Namun, nyatanya mereka harus berkeliling pusat perbelanjaan terlebih dahulu. Membeli segala barang yang diinginkan oleh Clarissa. Seperti baju, tas, dan juga sepatu.

"Ayo balik," ajak Kalevi kepada Clarissa yang tengah memilih aksesoris.

"Sebentar lagi deh, Kal. Aku lagi bingung milih barang nih, lucu semua soalnya," balas Clarissa yang fokus memilih barang yang Ia suka.

'Sebentar lagi', kata itu sudah Kalevi dengar untuk yang keempat kalinya dari bibir Clarissa. Tidak tahukah gadis itu bahwa Kalevi sedang lelah? Saat ini bukan hanya tubuhnya yang lelah, tetapi juga Mental dan pikirannya.

"Gue tinggal."

Kalevi tidak main-main, Ia berjalan keluar toko meninggalkan Clarissa. Dan mau tidak mau gadis tersebut menyusul Kalevi, meninggalkan barang-barang imut dan lucu yang belum sempat Ia beli.

"Ihhh Kalevi! Aku gak jadi beli kan?! Barang-barangnya lucu-lucu tahu," rengek Clarissa, sudah bergelayut manja pada lengan kekar Kalevi.

Kalevi tak merespon. Ia memutuskan membisu sampai di perjalanan pulang. Bahkan Ia tak menolak ketika Clarissa memeluk tubuhnya dengan erat sambil menyandarkan kepala ke punggungnya ketika berada di atas motor. Biarlah, untuk saat ini Kalevi benar-benar tidak memiliki semangat. Ia lelah, benar-benar lelah.

"Kamu udah tahu belum Kal, kalo mantan pacar kamu tadi teriak-teriak di dalem kelas kaya orang gila?" Clarissa kembali membuka obrolan.

Kalevi membisu.

Clarissa terlihat bersemangat membicarakan Meysha. "Aku heran apa alasan kamu ataupun Dika suka banget sama dia. Meysha gak ada istimewanya sama sekali, dia cuma cewek biasa. Temen-temen kamu juga banyak yang belain Meysha daripada aku."

"Oh iya aku baru inget, mungkin pesona seorang jalang dia warisi dari Mamahnya yang juga perempuan penggoda laki-laki."

Ciiittt!

Clarissa terkejut ketika tiba-tiba Kalevi mengerem secara mendadak. Mengakibatkan suara gesekan antara ban motor dengan aspal terdengar mengerikan di telinga Clarissa. Jika saja Ia tidak memeluk Kalevi dengan erat, mungkin Ia akan terhempas ke jalan.

"Ada Apa Kal?! Kucing nyeberang sembarangan ya?" tanya Clarissa.

"Turun," titah Kalevi dengan nada rendah yang pernah Ia keluarkan.

Clarissa mengeratkan pelukannya. "Enggak mau! Kita kan belum sampai rumah aku."

"Turun dari motor gue!" bentak Kalevi.

Mau tidak mau Clarissa turun dari motor Kalevi. Nyalinya menciut ketika calon tunangannya itu sedang dalam mode marah seperti sekarang.

"Rumah aku kan masih di depan sana, Kal," kata Clarissa.

"Jalan. Gue gak sudi nganter lo lagi."

Kalevi kembali menyalakan mesin motor, hendak memutar balik arah tujuannya. Dan hal itu membuat amarah Clarissa naik. Apa karena Ia menyinggung tentang Meysha dan Ibu gadis tersebut sampai Kalevi semarah ini?

"Karena aku nyinggung soal Meysha kamu jadi semarah ini?! Aku bicara fakta Kalevi, kenapa kamu marah? Kamu gak terima kalo Meysha adalah anak yang terlahir dari rahim seorang jalang?!" teriak Clarissa di depan wajah Kalevi.

Kalevi mematikan mesin motor dan membuka helm full face dari kepalanya, bersedia mendengarkan omong kosong Clarissa.

"Sadar Kalevi! Kamu udah dibutakan cinta Meysha. Dia pengaruh buruk buat kamu maupun keluarga Wirasana!"

Clarissa sontak mundur ketika Kalevi turun dari motornya. Sekarang lelaki tersebut sudah berdiri tegak di depan seorang gadis yang kelak akan mewarisi seluruh kekayaan keluarga Abraham.

"Tau apa lo tentang Meysha? Lo cuma pendatang di kehidupan dia, jadi berhenti berlagak seakan-akan lo tahu segalanya," ucap Kalevi, mampu menyentil perasaan Clarissa.

Melihat Kalevi berbalik badan menuju motornya, Clarissa segera memutar otak. Ia tidak boleh kalah tanpa melakukan perlawanan.

"Mamah aku tahu segalanya tentang keluarga Meysha, karena dulu Mamah kita berteman. Mamah Meysha adalah orang yang telah merebut kebahagian orang lain. Dan Meysha adalah cerminan dari sikap Mamahnya sendiri," ujar Clarissa, menghentikan langkah Kalevi.

Doktrin yang diberikan Nyonya Sarah kepada putrinya sudah sangat keterlaluan, pikir Kalevi. Bisa-bisanya wanita itu memutarbalikkan fakta. Kalevi berbalik, kembali berdiri di hadapan Clarissa. Apakah Ia harus mengingkari kesepakatannya bersama Meysha? Mungkin sudah saatnya Clarissa tahu fakta yang sebenarnya mengenai Mamah serta Papah tirinya.

"Apa yang udah Meysha rebut? Ada sesuatu yang perlu lo ketahui, Clarissa. Meysha, cewek yang lo benci setengah mati itu. Sebaliknya, lo dan nyokap lo yang udah merenggut segalanya dari dia."

Alis Clarissa menyatu. Ia tak pernah merasa merenggut 'sesuatu' dari Meysha. Jika yang dimaksud adalah Kalevi sendiri, Clarissa tidak pernah merenggut lelaki tersebut darinya. Kalevi lah yang mengakhiri hubungannya bersama gadis tersebut dan memutuskan untuk memilih Clarissa. Terlepas dari terpaksa atau tidak Kalevi melakukannya. Lalu apa yang direnggut Clarissa dan Mamahnya dari Meysha?

"Lupain soal gue. Tapi nyokap lo adalah jalang yang sebenarnya. Dia yang udah merebut seorang Ayah dari anaknya dan sekaligus merebut kebahagian yang sempat dimiliki seorang keluarga." Kalevi tahu bahasanya terlalu kasar, tetapi biarlah. Clarissa yang menyulut Kalevi lebih dulu.

"K-kamu ngomong apa sih?! Aku gak suka ya kamu bawa-bawa Mamah aku! Hanya karena aku nyebut Mamah Meysha seorang jalang kamu gak terima dan malah ngatain Mamah aku juga?!" teriak Clarissa yang sudah berderai air mata. Ia tidak terima orang yang sangat Ia sayangi dikatai dengan sebutan jalang.

Keduanya tidak peduli dijadikan pusat perhatian oleh orang-orang yang lewat karena berdebat di pinggir jalan. Sementara Kalevi memutuskan terus menatap mata Clarissa lebih dalam. Meskipun Clarissa adalah perempuan yang menyebalkan, tetapi melihatnya menangis membuat Kalevi jadi tidak tega. Namun, Kalevi sudah sejauh ini, suka atau tidak Ia harus menyelesaikan ucapannya.

"Gue gak tahu alasan nyokap lo ngatain nyokapnya Meysha jalang. Tapi fakta sebenarnya nyokap lo duluan yang selingkuh sama bokapnya Meysha. Dan setelah itu kehancuran keluarga Meysha dimulai. Nyokap Meysha ikut pergi dari rumah, mrnelantarkan Meysha sama Kakaknya," tutur Kalevi.

Clarissa mendongak, menatap marah kepada Kalevi. "Kamu pasti ngarang cerita biar aku iba sama Meysha. Biar aku batalin pertunangan kita. Iya, itu mau kamu kan?!" tuduh Clarissa.

Kalevi menghela napas berat. Ia tidak ingin semakin menyakiti perasaan Clarissa dengan mengulang penjelasannya. Toh Kalevi juga tidak tahu banyak mengenai ini semua.

"Lo bisa tanya ke Tante Sarah dan bokap tiri lo sendiri. Gue tahu cerita ini dari Meysha waktu gue ngejar dia yang pergi dari acara ulang tahun perusahaan Papah. Sebenernya gue udah janji sama dia buat ngerahasian semuanya dari lo dengan alasan kalo Meysha dan Kakaknya udah ngerelain Papah mereka bahagia sama keluarga barunya. Tapi sikap lo yang buat gue terpaksa harus cerita, Clar."

"Seharusnya lo ngerti gimana perasaan Meysha. Lo dan dia sama-sama korban dari perselingkuhan Papah kandung kalian sendiri. Bedanya lo lebih beruntung karena nyokap lo gak menelantarkan anak kandungnya."

"Sorry kalo lo sakit denger kenyataan pahit ini, Clar. Gue gak berniat bikin lo terluka. Gue cuma gak bisa denger cewek yang gue sayang, yang udah merelakan kebahagiannya, dihina sama anak dari Wanita yang udah merenggut segalanya dari dia," kata Kalevi, lalu melesat pergi dengan motornya, meninggalkan Clarissa menangis di pinggir jalan sendirian.

Tubuh Clarissa merosok ke tanah bersamaan dengan isakan tangis yang semakin menjadi. Ia menyentuh dadanya yang terasa sesak karena ucapan Kalevi tadi. Clarissa masih tak percaya dengan semua ini. Tidak, Mamahnya tidak mungkin merenggut kebahagian dari sebuah keluarga. Sang Mamah tidak seburuk ayah kandungnya dulu. Mamahnya yang sangat Ia kagumi dan sayangi itu tidak mungkin merenggut kebahagian orang lain.

Jangan lupa pencet bintangnya Kakak <3








KaleviWhere stories live. Discover now