21. Ajakan

1.2K 84 0
                                    

Kalevi berjalan menemui Bi Siti yang tengah membawa lauk pauk untuk sarapan kedua orang tuanya yang sudah berada di meja makan.

"Bi, Levi pergi Sekolah dulu ya," pamit nya.

"Lho Den, sarapan dulu. Bi Siti ambilin ya?" tawar wanita paruh baya itu.

"Gak usah, Bi. Soalnya hari ini Levi harus berangkat pagi."

Obrolan hangat itu tak luput dari mata Mayang dan Wirasana. Bahkan Kalevi tak pernah berbicara sehangat itu pada mereka. Bukan sepenuhnya kesalahan Kalevi, tetapi kedua orang tuanyalah yang enggan membangun komunikasi dengan anak tunggalnya tersebut.

"Yaudah kalo gitu Levi berangkat ya, Bi." Kalevi menyalami punggung tangan wanita yang selama ini telah merawatnya.

"Iya, Den. Hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut," pesan Bi Siti.

"Iya, Bi. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Kalevi melewati kedua orang tuanya yang tengah sarapan di meja makan. Namun, suara Mamahnya mengintruksi langkah kaki Kalevi.
"Kalevi, gak sarapan dulu, Sayang?" tawar Sang Mamah.

"Tidak," jawab Kalevi tanpa menoleh.

Mayang tertunduk, sesak rasanya ketika Kalevi bersikap seperti ini padanya. Terkadang Mayang juga iri pada Bi Siti yang bisa lebih dekat dengan Kalevi dibanding dirinya. Ia pantas diperlakukan seperti ini. Karena sejak Kalevi kecil pun Mayang selalu mementingkan pekerjaanya dibandingkan putra sulungnya sendiri. Wajar jika Kalevi lebih dekat dengan pembantunya, sebab dari kecil sampai sekarang Kalevi telah diasuh oleh Bi Siti.

"Jangan lupa malam ini ada acara Ulang tahun perusahaan Papah, Kalevi," beritahu Wirasana.

"Anda selalu mengingatkan saya setiap saat. Bagaimana saya bisa lupa akan hal itu," ucap Kalevi lalu melenggang pergi.

Jangan salahkan Kalevi karena bersikap kurang sopan pada kedua orang tuanya. Kalevi hanya masih terluka akan sikap keduanya sedari kecil. Mereka selalu memprioritaskan pekerjaanya dibanding Kalevi. Bahkan sampai detik ini mereka tidak ada inisiatif untuk memperbaiki semuanya, mengobati luka hati Yang dibuat oleh keduanya.

&  &  &  &  &

"Gimana?" tanya Kalevi pada Yoga.

Saat ini Kalevi, Bara, Ardan, dan Reza tengah berada di Kantin untuk membicarakan hal penting. Di sana juga ada Yoga. Orang kepercayaan Kalevi.

"Bocah kita ada yang nguping pembicaraan kepala Sekolah kemarin," beritahu Yoga.

"Terus?" tanya Ardan.

"Dia denger kalo Pak Yadi ngusulin buat bubarin Pasukan Rajawali."

"Sialan! Guru satu itu selalu aja ngompor-ngomporin Pak Kepsek!" umpat Kalevi.

"Tapi Pak Tarno sama Bu Dona gak setuju sama usul Pak Yadi. Dengan alasan kalo Pasukan kita itu bagai jantung Sekolah ini. Banyak anggota kita yang nyumbang prestasi buat Sekolah ini," terang Yoga.

"Seriusan Bu Dona sama Pak Tarno bilang begitu?! Anjir Jantung Sekolah coyy!! Terharu abang!!" ucap Reza berlebihan.

"Ternyata Pak Tarno sama Bu Dona sayang sama kita. Padahal kita selalu bikin mereka darah tinggi," timpal Ardan mendramatisir.

Kalevi tak menghiraukan ucapan kedua cecunguk di hadapannya. Tapi ada benarnya juga ucapan Ardan. Kalevi benar-benar berterima kasih pada Pak Tarno dan Bu Dona karena mereka telah membela Pasukannya.
Kalevi melirik ke arah Bara Yang sedaritadi hanya diam dengan wajah yang nampak berpikir.

KaleviWhere stories live. Discover now