47. Sesak dalam dada

951 63 2
                                    

Saat jam istirahat baru saja berbunyi, Kalevi bergegas menuju toilet bersama kedua sahabatnya, tentu saja untuk menemui Ardan. Kalevi yakin lelaki itu tengah dihukum Pak Tarno membersihkan toilet Sekolah.

"Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya. Begadang boleh saja, kalau ada perlunya~"

Dugaan Kalevi tepat, Ardan tengah menikmati hukumannya sambil bernyanyi, menggunakan alat pel sebagai gitarnya, berusaha mencontoh gaya bernyanyi Raja dangdut Roma Irama. Sangking keasikan, Ia bahkan tak menyadari kehadiran ketiga sahabatnya.

"Asik bener lo, Dan," tegur Reza.

Ardan menoleh. "Ehh para kampret. Ngapain pada ke sini? Bakso mang Dude gak pindah ke sini loh."

"Gak tau diri," desis Bara yang membuat Ardan nyengir tanpa dosa.

"Kalo mau ke kantin duluan aja, bentar lagi gue nyusul."

"Dan, gue-"

"Gue minta maaf sama lo." Ardan menyela ucapan Kalevi. "sorry ya Lev, gue kelepasan tadi, gak seharusnya gue mukul lo," lanjut Ardan, membalas tatapan Kalevi.

Bukan kali pertama Ardan memukul temannya sendiri. Tanyakan saja pada Rizky, Adik kelas yang juga pernah menjadi samsaknya. Alasannya saat itu karena Rizky menampar pipi pacarnya sendiri tepat di depan mata Ardan. Ardan tahu sebab musabab Rizky sampai tega menampar pacarnya. Yaitu karena pacarnya itu ketahuan selingkuh. Namun, bagi Ardan menyakiti perempuan adalah kekeliruan, apapun alasannya.

Meskipun begitu, tak pernah ada yang menaruh dendam sedikitpun terhadap Ardan. Baik Rizky maupun teman-temannya malah belajar banyak dari Ardan. Belajar bagaimana cara menghormati dan menghargai perempuan lebih baik lagi.

"Gue juga salah karena udah ngomong gitu sama lo," ucap Kalevi.

"Emang lo berdua pernah bener?" tanya Reza dengan wajah sok polosnya.

"Ini air bekas ngepel kamar mandi kayaknya seger deh Za kalo gue siramin ke muka lo." Ardan mengangkat ember sambil ancang-ancang, eolah benar-benar ingin menyiram Reza.

Dengan jurus seribu bayangan Reza sudah berpindah di belakang Bara, menggunakan lelaki itu sebagai tamengnya. "Bercanda Dan, lo kagak asik ahh!"

"Gue lagi males diajak bercanda."

Ardan mencari celah untuk menyiram Reza tanpa harus mengenai Bara. Sementara Bara masih tetap memasang wajah cueknya walaupun badannya terus-terusan digerakkan kesana kemari oleh Reza.

"Diem!" desis Bara, benar-benar menghentikan pergerakan kedua temannya. "ke kantin, laper," lanjutnya.

Bara keluar dari toilet disusul Kalevi, menyisakan Ardan dan Reza yang berada di dalam kamar mandi. Keduanya saling pandang canggung, tak lama mereka segera berlari menyusul Kalevi dan Bara.

"Teraktir gue ya Bar," pinta Reza.

"Iya Bar. Uang saku gue ketinggalan." Ardan ikut memasang wajah memelasnya.

"Loh Dan, Bukannya Babeh udah-"

Sebuah tangan hinggap di bibir Kalevi, membuat Ia gagal menuntaskan ucapannya. Tangan siapa lagi jika bukan tangan Ardan. Mana mungkin Ia membiarkan Kalevi membuka kedoknya dan membiarkan kesempatan makan gratis sirna begitu saja.

KaleviDonde viven las historias. Descúbrelo ahora