35. Teror yang berlanjut

978 77 0
                                    


Meysha merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah pulang bekerja paruh waktu. Hari ini cafe Lavanya ramai pelanggan, jadi dia dan Kakaknya cukup kelelahan.

Cklek

Meysha bangkit ketika Amira memasuki kamarnya. "Kamu mau makan apa, Sya? Biar Kakak beliin. Tadi kan kamu belum sempet makan," tawar Amira.

"Kakak mau beli kemana? Ini kan udah malem," tanya Meysha.

"Beli di depan."

"Gak usah deh Kak, udah malem," kata Meysha.

"Gak papa, Sya. Ini masih jam 9 kok. Lagian kalo gak makan, nanti maag kamu kambuh," ucap Amira pengertian.

"Tapi Meysha ikut ya."

"Gak usah. Cuma deket kok. Kamu jaga rumah aja," keukeh Amira. "kamu mau sate atau nasi goreng?"

"Sate aja."

"Yaudah Kakak beli dulu ya." Tanpa menunggu jawaban dari adiknya, Amira segera pergi.

Sepeninggalan Amira, Meysha menghilangkan rasa suntuk dan gabutnya dengan memainkan ponsel. Namun, jarinya mengantarkannya pada sebuah pesan yang dikirim dua hari yang lalu. Pesan dari peneror. Siapa sebenarnya orang ini? Meysha bertanya-tanya.

Tok Tok Tok!

Meysha mengernyit ketika mendengar suara ketukan dari pintu utama. Apa Kakaknya sudah kembali? Cepat sekali, pikir Meysha. Tapi jika Ia benar-benar Amira, mengapa harus mengetuk pintu? Bukankah pintunya tidak terkunci? Tak ingin berpikir macam-macam, Ia segera bangkit untuk membukakan pintu.

"Kakak udah-" ucapan Meysha menggantung ketika tak mendapati seorangpun di luar rumahnya.

Namun, di depan kakinya ada sebuah kotak berukuran sedang yang tak tahu apa isinya. Mata Meysha mengedar untuk mencari keberadaan seseorang.

"Siapa lo?!" seru Meysha ketika matanya menangkap bayangan seseorang yang terlihat beranjak pergi menjauh.

Siapa itu? Apa Meysha salah lihat? Tapi orang itu terlihat nyata.  Dari postur tubuhnya pun Meysha yakini adalah seorang laki-laki. Kini perhatian Meysha teralih pada sebuah kotak di hadapannya. Gadis itu membungkuk untuk mengambil dan dengan ragu Ia membukanya.

"Akhhh!" Meysha membekap mulutnya ketika mengetahui isi dari kotak tersebut.

Isi yang ada di dalam kotak itu berserakan ketika Meysha membuangnya. Kotak itu berisi bangkai hewan. Ada ular, kalajengking, serta kecoa. Meysha refleks menjauh dari kotak dengan tubuh yang mulai bergetar ketakutan. Apa-apaan ini? Siapa yang melakukan ini? Setelah berhasil menguasai rasa takutnya, Meysha kembali melangkah perlahan mendekati kotak tadi. Di antara bangkai-bangkai hewan terdapat sebuah kertas. Meysha memberanikan diri mengambilnya.

Selama kamu belum menjauhi Kalevi, aku tak akan berhenti mengirimkan hadiah-hadiah yang bahkan jauh lebih menarik dari ini.

Lagi, tubuh Meysha bergetar. Kertas yang dipegang sudah tak berbentuk karena Ia remas sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa takutnya. Air matanya lolos begitu saja. Meysha takut. Lebih tepatnya takut jika harus kehilangan Kalevi. Meskipun sering bertengkar, tetapi Kalevi adalah lelaki yang membantu Meysha menghilangkan traumanya akan cinta. Selain Amira, Kalevi adalah orang yang membuat Meysha menjadi semakin kuat.

Drrtt

Meysha tersentak ketika ponsel di kantong celananya bergetar. Matanya membelalak sempurna ketika nomer tak dikenal mengirimkan foto Amira yang tengah berada di sebuah kedai sate di depan perumahan.

Bukankah dia Kakakmu?

Tangan Meysha mengepal kuat. Buru-buru Ia membereskan kotak tadi dan langsung membuangnya ke tempat sampah yang berada di luar pagar rumah. Meysha segera berlari guna menyusul Kakaknya. Air matanya luruh bersamaan dengan langkah kaki yang Ia percepat.

KaleviWhere stories live. Discover now