24. Kesempatan

1.1K 95 0
                                    

Meysha berlari dan terus berlari tanpa arah. Ia hanya ingin segera pergi menjauh dari tempat itu. Tak peduli dengan gelapnya malam serta dinginnya udara yang menusuk. Rasanya begitu sesak ketika Papahnya memutuskan untuk bungkam ketika istri barunya menghina Meysha di muka umum. Apa kasih sayang Pandu kepadanya telah hilang?

"SYA, TUNGGU!!" Kalevi tak henti-hentinya menyerukan nama Meysha, berharap gadis itu berhenti.

Bukannya berhenti, Meysha malah mempercepat laju larinya dengan beruraikan air mata. Dan pada akhirnya langkah Meysha harus terhenti ketika kaki gadis malang itu terkilir dan membuat lutut dan telapak tangannya bergesekan dengan aspal.

"Meysha!" Kalevi segera berlari dan bersimpuh di hadapan Meysha ketika melihat gadis itu terjatuh. "Sya lo gak papa?" tanya Kalevi khawatir.

Tak ada jawaban. Penampilan gadis itu benar-benar kacau saat ini. Rambutnya yang rapih kini jauh dari kata sempurna, serta make up Yang mulai luntur karena keringat dan air mata. Kalevi tertunduk, tak mampu menatap wajah sedih gadisnya lebih lama lagi. Kalevi melepaskan sepatu Meysha lalu mengecek keadaan kakinya.

"Kaki lo keseleo," ujar Kalevi.

"Akkhh!" erang Meysha kesakitan ketika Kalevi menggerakkan pergelangan kakinya yang terkilir.

Kalevi berbalik badan memunggungi Meysha. "Ayo naik, Biar gue gendong."

Meysha nampak ragu. Namun, karena desakan dari Kalevi Ia pun naik di punggung Kalevi dengan dibantu empunya. Di gendongan Kalevi, Meysha hanya diam memikirkan satu hal, Papahnya. Apakah Ia dan Kakaknya telah tersingkirkan dari hati Sang Papah? Apakah tidak ada lagi kesempatan untuknya merasakan pelukan hangat itu? Meysha rindu keharmonisan keluarga. Meysha ingin semua kembali seperti semula. Papah, Mamah, Kakak dan dirinya hidup bahagia bersama.

Sementara Kalevi mengamati wajah Meysha dari samping. Membiarkan gadisnya sibuk dengan pikirannya sendiri. Menurut Kalevi pun ucapan Nyonya Sarah tadi begitu keterlaluan dan menyakitkan. Memangnya Tahu apa Wanita itu tentang gadisnya?
Kalevi mendongak, menatap langit hitam yang mulai memuntahkan isinya. Semakin lama semakin deras, Ia pun memutuskan untuk berteduh di halte bus yang tak jauh dari posisinya sekarang.

Meysha masih tetap diam ketika Kalevi mendudukkannya. Mata cokelat hazel itu tertuju pada hujan yang semakin lama semakin lebat. Semesta seolah-olah ikut merasakan dan menangis bersama Meysha yang hatinya baru saja terluka.

"Tahan ya, Sya." Tatapan Meysha beralih pada seorang lelaki yang berjongkok di bawahnya.

Dengan telaten Kalevi mengurut kaki Meysha agar rasa sakitnya sedikit mereda. Hingga tak menyadari kalau gadis itu kini tengah mengamatinya dalam diam. Meysha tak tahu kenapa Kalevi bisa sebaik ini padanya. Laki-laki itu sudah berkali-kali membantunya.

Setelah di rasa cukup, Kalevi mendongak membuat matanya bertemu dengan manik mata milik Meysha. "Gimana? Masih sakit?" tanya lelaki itu begitu lembut.

Meysha menggerakkan kakinya, Ajaib! Rasa sakitnya sedikit berkurang. "Udah lumayan."

"Syukurlah." Kalevi duduk di samping Meysha.

Senyap, tak ada yang membuka suara setelah itu. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sambil mengamati rintikan hujan yang semakin deras saja.

"Sebenernya Om Pandu itu bokap gue," ucap Meysha setelah lama terjadi keheningan diantara mereka.

Kalevi menoleh cepat ke arah Meysha yang tengah tertunduk. Benarkah rekan kerja orang tuanya itu adalah Papah dari Meysha? Lelaki brengsek yang diceritakan oleh Kak Amira, yang telah meninggalkan kedua putrinya untuk menikah i Wanita lain? Tapi kenapa Pria bernama Pandu tadi tidak membela Meysha ketika Nyonya Sarah menghina putrinya habis-habisan?

"Mau Cerita? Gue siap dengerin, Sya," tawar Kalevi.

Meysha memejamkan matanya. Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Terlalu sakit untuk diceritakan, tetapi terlalu sesak jika hanya dipendam.

"Dulu waktu gue SMP, Papah pergi gitu aja ninggalin gue, Kak Amira, dan Mamah. Tanpa gue tahu alasannya," tutur Meysha. "Padahal keluarga kita baik-baik aja sebelumnya, gak ada konflik sama sekali."

"Dan saat SMA gue tahu alasan Papah ninggalin keluarga kita. Papah pergi hanya demi wanita itu!" Meysha mencengkeram bangku halte dengan erat, berusaha melampiaskan emosinya pada bendaati tersebut. "Papah bahkan diem aja ketika gue dihina Sama istri barunya tadi." Meysha tak bisa menahan air matanya lagi.

Kalevi menarik Meysha ke dalam pelukannya, berusaha menyalurkan kekuatan untuk gadis itu. Meysha, gadis yang selama ini terlihat begitu tangguh, kini Ia terlihat begitu rapuh dalam dekapan Kalevi. Seandainya Kalevi tak memaksa Meysha untuk menghadiri pesta ulang tahun perusahaan orang tuanya, mungkin gadisnya tak akan terluka dan tersakiti seperti ini. Luka lama yang berusaha Meysha pendam itu tak seharusnya terbuka kembali.

"Apa gue udah hilang dari hati bokap gue? Apa gue gak pantes untuk dicintai sebagai seorang anak, Lev?" Meysha terisak dalam pelukan  Kalevi.

"Apakah ini yang namanya cinta? Yang selalu dibangga-banggakan oleh semua orang, yang katanya membawa kebahagiaan. Tapi kenapa cinta hanya mendatangkan luka dan lara buat gue? Kenapa?!!" Meysha Memukul dada bidang Kalevi tanpa sadar, meluapkan rasa sesak pada hatinya.

Kalevi semakin erat memeluk Meysha. Membiarkan gadis itu meluapkan emosinya. Setelah di rasa sudah tenang, Kalevi melepaskan pelukannya dari gadis itu. Dengan lembut Kalevi menangkup wajah Meysha dan menatap  dalam-dalam mata sembab gadis yang telah memenangkan hatinya.

"Lo pantas untuk dicintai, Sya. Semua manusia pantas untuk dicintai." Kalevi mengelus pipi Meysha, menatapnya penuh kasih sayang.

"Jangan pernah menyalahkan cinta atas luka dan lara yang lo alami. Semua pasti ada hikmahnya, mungkin Tuhan pengen lo menjadi cewek yang lebih kuat lagi. Bukannya lo sendiri yang bilang ke gue kalo wanita lemah gak pantes hidup di dunia yang keras ini kan?" tutur Kalevi.

Meysha mengangguk kecil, membenarkan ucapan Kalevi. Tetapi apakah harus dengan cara semenyakitkan ini semesta menjadikannya gadis yang jauh lebih kuat dan tangguh? Ini terlalu sakit.

Kalevi menggenggam tangan mungil Meysha yang terasa begitu dingin menatap lekat-lekat mata gadisnya.
"Izinin gue, Sya. izinin gue buat buktiin kalo cinta gak selamanya menyakitkan." Mata Meysha dan Kalevi terkunci untuk sesaat.

Meysha mengangguk. Dia tak boleh selamanya seperti ini. Terkungkung oleh cinta pertamanya yang begitu menyakitkan. Dia tak boleh kalah dengan traumanya. Semua pantas mendapat kesempatan kedua, begitupun dengan Cinta.

Meysha mengangguk kecil. "Tapi gue mohon, Lev. Jangan bikin gue trauma sama cinta untuk yang kedua kalinya," pinta Meysha.

Kalevi menggeleng cepat. "Gue janji gak akan jadi alasan lo terluka sama yang namanya cinta," jawabnya mantap lalu memeluk Meysha.

Sementara Meysha secara perlahan membalas pelukan Kalevi. Semoga Kalevi tak akan melukainya dan membuat Meysha kembali takut akan yang namanya cinta.

"Kenapa Lo sebaik ini sama gue, Cowok mesum?"

"Karena gue cinta sama Lo, cewek tepos," ucap Kalevi mengeratkan pelukannya pada Meysha.

Rintik hujan malam itu menjadi saksi bisu awal mula perjuangan Kalevi. Menjadi saksi terbukanya hati Meysha untuk seorang Kalevi Wirasana setelah lamanya hati itu tertutup rapat untuk siapapun.

KaleviWhere stories live. Discover now