66. Mata yang Bicara

847 97 2
                                    

Mata adalah perantara rasa yang paling jujur

~Kalevi Wirasana~

Meysha terbangun dari tidur siangnya, jam menunjukkan pukul dua siang. Gadis itu berjalan menuju dapur, mencari sesuatu yang bisa mengisi perutnya yang terasa lapar. Sebelum mencapai tujuan, perhatiannya tertuju pada meja ruang tamu. Di sana ada plastik yang entah berisi apa, di samping plastik ada secarik kertas bertuliskan tangan Kakaknya.

Nanti kalo Meysha udah bangun jangan lupa makan ya, udah Kakak beliin roti sama susu.
Maaf cuma ada itu aja, Kakak gak sempet masak tadi karena harus buru-buru ke cafe.
Hari ini pokoknya Meysha gak boleh keluar rumah dulu ya sampai keadaan Meysha membaik.

Dari : Amira (Kakak tercantik di dunia)

Seulas senyum terbit di bibir Meysha setelah membaca surat dari Amira. Betapa bersyukurnya Ia memiliki Kakak sebaik Amira. Bukan hanya berperan menjadi Kakak yang baik, Amira juga merangkap menjadi orang tua yang baik untuk Meysha. Menggantikan peran orang tua yang mungkin tak akan pernah adiknya rasakan lagi.

Meysha kemudian mengambil roti yang berada di dalam plastik untuk  dimakan. Ketika tengah asik mengunyah rotinya, sekilas kejadian kemarin kembali menghantui Meysha. Ahh, bahkan Meysha tak memiliki keberanian untuk menampakkan wajahnya di depan teman-temannya setelah kejadian tersebut. Berbicara tentang kejadian kemarin, Meysha jadi penasaran dimana ponsel miliknya sekarang ini? Seingatnya setelah mendapat panggilan itu tanpa sadar Ia membuangnya ke sembarang tempat. Sial! Apa ponselnya rusak ya?

Teng! Teng! Teng!

Suara pagar yang dipukul dengan sesuatu itu membuat Meysha refleks menegakkan badannya. Lagi, rasa takut yang diciptakan oleh si peneror kembali menghantuinya. Entahlah, sekarang Meysha menjadi paranoid dan penakut dari biasanya. Terkadang Ia juga bertanya-tanya kemanakah keberaniannya dulu? Kemana Meysha, si gadis pemberani itu pergi?

Tak menunggu lama Meysha bangkit dari tempat duduknya guna mengecek siapa yang bertamu. Perlahan gadis itu membuka gorden jendela untuk mengintip. Di luar sudah ada lelaki berseragam pramuka tengah berdiri tegak di luar rumahnya. Dia adalah Ketua Pasukan Rajawali sekaligus mantan kekasihnya, Kalevi Wirasana. Meysha segera keluar guna menemui lelaki tersebut.

"Ganggu ya?" tanya Kalevi kepada Meysha yang tengah membuka pagar rumah untuknya.

"Enggak," jawab Meysha sambil tertunduk, fokus membuka pagar.

"Gak usah, gue cuma sebentar kok," tolak Kalevi halus.

Meysha mengangguk.

"Keadaan lo gimana? Lo udah gak kenapa-napa kan Sya?" tanya Kalevi.

Lagi, Meysha hanya membalas dengan anggukan saja sambil tertunduk. Ia tak memiliki nyali untuk berkontak mata dengan lelaki yang masih sangat Ia cintai.

"Oh iya, gue ke sini mau nganterin ini. Sama tadi di jalan sekalian gue beliin cemilan dan buah buat lo." Kalevi menyodorkan sebuah ponsel genggam serta kantung plastik penuh berisi makanan ringan dan buah-buahan.

Meysha mengambil alih ponsel dan kantung plastik tersebut dari tangan Kalevi. Tunggu? Bagaimana bisa ponsel miliknya ada pada Kalevi? Perlahan Meysha memberanikan diri untuk mendongak menatap Kalevi, hendak menanyakan perihal tersebut.

KaleviWhere stories live. Discover now