57. orang misterius

856 61 0
                                    

Mobil Tuan Wirasana berhenti tepat di depan sebuah rumah petak yang tidak terlalu besar. Suasana luar kontrakan Pak Bram ramai dipenuhi oleh tetangga yang menghiraukan rintik hujan hanya untuk menyaksikan sesosok mayat tetangga mereka sendiri, di depan rumah pun sudah terpasang garis polisi. Dengan paksa Tuan Wirasana menyerobot kerumunan guna menuju TKP.

"Maaf anda dilarang masuk." Seorang petugas kepolisian menghentikan Tuan Wirasana yang hendak masuk ke dalam rumah.

"Saya Wirasana, kerabat korban. Sebelumnya saya juga sudah dihubungi oleh pihak kepolisian," ucap Tuan Wirasana berwibawa.

"Oh Tuan Wirasana ya, silakan masuk."

Tak menunggu lama, Tuan Wirasana melewati garis kuning yang melintang setelah mendapatkan izin untuk masuk. Matanya membelalak sempurna ketika mendapati tubuh Pak Bram sudah terbujur kaku tergeletak di lantai dengan mulut yang berbusa. Kini, mayatnya tengah diperiksa oleh dokter forensik dan seorang lagi dari pihak kepolisian.

"Anda Tuan Wirasana?" Seorang petugas dari kepolisian menghampiri Tuan Wirasana.

Lelaki berbalut jas rapih itu mengangguk sekali.

"Perkenalkan nama saya Yusuf, saya adalah detektif dari kepolisian yang diutus untuk menangani kasus ini sekaligus orang yang menghubungi anda," ucap Yusuf memperkenalkan diri.

"Siapa yang melakukan ini? Bram tidak mungkin bunuh diri," tanya Tuan Wirasana, yang masih setia menatap nanar mayat kaki tangannya itu.

"Korban pertama kali ditemukan oleh seorang pengantar makanan yang sedang dimintai keterangan di sana."

Tuan Wirasana mengikuti ke arah mana detektif polisi itu menunjuk. Yaitu ke arah seorang pemuda dengan wajah ketakutan yang duduk tidak jauh dari posisinya saat ini. Tentu saja, siapapun orangnya pasti akan takut dan terguncang ketika menemukan mayat.

"Menurut kesaksiannya, dia datang kemari untuk mengantar makanan yang dipesan Pak Bram. Ketika Ia sampai di sini suasana terasa sangat sepi, tetapi pintu rumah terbuka. Saksi memutuskan untuk melongok ke dalam dan menemukan Pak Bram sudah terbujur kaku," tutur detektif Yusuf.

Ini seperti mimpi bagi Tuan Wirasana. Dua hari yang lalu, mereka masih bertemu dan saling mengobrol. Mengapa tiba-tiba?

"Tidak ada keluarga yang bisa dihubungi untuk menyampaikan kabar duka ini. Maka dari itu saya menghubungi anda yang merupakan orang terakhir yang dihubungi mendiang Pak Bram sebelum meninggal dunia."

Memang benar, Pak Bram tidak lagi memiliki keluarga lagi di kota ini. Sebelumnya Ia tinggal dengan istrinya, tetapi bercerai Empat tahun yang lalu akibat kasus pelecehan yang menjeratnya. Dan yang almarhum punya hanyalah orang tua yang tinggal di kampung.

"Apakah benar jika Pak Bram meninggal akibat menenggak racun?" tanya Tuan Wirasana yang sudah mengontrol perasaan terguncangnya.

"Dugaan sementara seperti itu, mendapati fakta bahwa ditemukannya botol yang diduga racun di sebelah mayat korban. Tetapi kami masih akan mengautopsi mayat korban serta menyelami TKP untuk mendalami kasus ini lebih lanjut apakah korban murni bunuh diri atau diracun," jelas detektif Yusuf.

Tiba-tiba obrolannya bersama Pak Bram dua hari yang lalu terngiang di benak Tuan Wirasana. Obrolan tentang kegelisahan almarhum perihal pelaku lain yang telah meneror Meysha. Jika semuanya dihubungkan dengan kematian Pak Bram yang mendadak, itu semua akan menguatkan opsi bahwa Pak Bram meninggal bukan karena bunuh diri, melainkan diracun. Apalagi dari awal beliau sudah mewanti-wanti Tuan Wirasana bahwa 'pelaku lain' itu bukanlah teman melainkan bisa jadi musuh yang berbahaya.

Sial! Seandainya saat itu Ia memikirkan dan menganggap serius ucapan Pak Bram, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Seharusnya Tuan Wirasana menyewa seseorang untuk mencari tahu identitas orang misterius tersebut. Jika benar Pak Bram mati dibunuh, apa yang harus Ia lakukan? Haruskah Ia menberitahu fakta tersebut kepada polisi? Mungkin sedikit informasi yang Ia punya bisa saja sangat membantu pihak kepolisian.

KaleviWhere stories live. Discover now