143. Bocil Kematian

187 41 10
                                    

"Hah... Apa kau yakin sudah mau kembali?" Reyhan hanya bisa menghela nafas melihat pria berambut merah dihadapannya.

"Haha, ya.. maaf-maaf aku sebenarnya berniat untuk tinggal lebih lama tapi, banyak hal yang harus kulakukan di Inggris." Peter yang mendengar hal itu hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ia terlihat membawa teberapa koper di tangannya, sebelum kemudian mengalihkan pandangannya ke satu arah, tepatnya pada seorang wanita berambut pirang yang saat ini hanya membuang muka dengan kesal.

"Hah.... Sepertinya kami akan merindukan mu, Pete." Irena disisi lain hanya tertawa kecil menanggapi hal itu.

Mereka kini berada di bandara untuk mengantar kepergian Peter yang akan berangkat hari ini.

"Humph! Siapa juga yang akan merindukannya, pergi sana Hus!" Martha disisi lain masih membuang muka kesal, membuat Peter hanya bisa menggaruk kepalanya dengan canggung.

Ia sebenarnya berniat untuk tinggal lebih lama, namun manajernya di Inggris menghubunginya beberapa hari yang lalu dan mendesaknya untuk mengikuti kejuaraan yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.

Mau tak mau ia harus mengambil tanggung jawab itu, karena memang ia sudah berlibur untuk waktu yang cukup lama.

Menghela nafas, ia segera menatap ketiga kawannya tersebut sebelum menjabat tangan Fang.

"Berkunjunglah sesekali, Indonesia akan selalu terbuka untukmu." Reyhan kemudian memeluk pria berambut merah itu.

Harus ia akui, beberapa waktu bersamanya bisa dibilang cukup singkat tapi ia sudah menganggap Peter sebagai saudara.

Entah itu karena mereka sudah saling mengenal pada masa Bahamuth Lair dulu atau memang karena pertemuan mereka di Alteia Land tapi, ia bisa bisa melihat Rendy yang lain dari dalam dirinya.

Peter yang melihat hal itu hanya tersenyum sebelum lagi-lagi mengalihkan pandangannya ke arah Martha yang masih membuang muka kesal.

[Panggilan untuk penerbangan ALT01 diharapkan untuk segera memasuki pesawat, karena pesawat akan lepas landas beberapa menit lagi.]

Ia berniat untuk mendekati wanita berambut pirang itu namun, suara resepsionis bandara terdengar membuatnya mengurungkan niatnya.

Ia hanya tersenyum ke arah kedua gadis itu sebelum berbalik dan segera menuju pintu masuk pesawat.

"Humph! Kau memang tak pernah peka ya!?" Martha lagi-lagi berdecak kesal sebelum berlari dan memeluk pria berambut merah itu dari belakang.

Hal itu membuatnya tersentak dan segera berbalik, hanya untuk melihat Martha yang hanya membuang muka.

"K-kau akan kembali kan?"ucapnya tanpa melihat wajah Peter.

Peter yang melihat hal itu hanya tersenyum sebelum mengecup kening Martha, membuatnya memerah dan salah tingkah.

"Tentu, apapun untuk Marty."ucapnya sambil memasang wajah elegan.

Pletak!

"A-apa yang menurutmu sedang coba kau lakukan!?" Martha dengan refleks menjitak kepala pria berambut merah itu.

"Hiks... Apa kau memang perlu memukulku seperti itu?" Peter mulai menangis sambil mengelus benjolan besar di kepalanya.

"S-salahmu sendiri yang m-memeelakukan hal itu dengan t-tiba-tiba!" Martha disisi lain terlihat memerah, ia berteriak dengan begitu keras membuat keduanya menjadi pusat perhatian di tempat itu.

Reyhan dan Irena pun di sisi lain hanya tersenyum canggung melihat kelakuan mereka berdua. Keduanya kemudian saling memandang sebelum dengan cepat membuang muka.

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now