150. Kebenaran Hari Itu

218 41 8
                                    

"Rey..."

Disuatu tempat tepatnya di ruangan serba putih, seorang wanita berambut hitam panjang berdiri di tengah-tengah ruangan sambil tersenyum ke arah pria berambut hitam dihadapannya.

"Yumi...." Pria itu disisi lain mengeluarkan air mata melihat sosok wanita tersebut.

Wanita itu segera berjalan mendekatinya sebelum mengelus kepalanya.

"Kau selalu seperti ini, Rendy dan aku sudah bahagia disana kau tahu? dan kau malah melakukan tindakan kekanak-kanakan ini?"

"Yumi, Aku-"

"Kau sudah melakukan yang kau bisa Rey, jangan menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi." ucapnya sambil tersenyum.

Reyhan yang melihat hal itu, hanya menundukkan kepala, menahan isak tangisnya.

"Sekarang lepaskan kami Rey, lepaskan agar kau, aku, Rendy, kita bisa hidup bebas."

"Kami akan selalu menunggu mu, tapi jangan terlalu cepat."

Yumi hanya tersenyum, ia akan segera pergi namun Reyhan memeluknya erat dari belakang.

"Mengapa kalian selalu mengatakan hal yang sama? Aku merasa tertinggal di belakang kalian, kalian tahu?" ucap Rey sambil terisak.

Yumi hanya tersenyum tipis, ia kemudian menatap Reyhan sekali lagi sebelum menunjuk ke satu arah, dimana seorang gadis bertudung merah terlihat membelakangi keduanya.

"Kau merasa tertinggal? Justru kami yang merasa seperti itu Rey. Kau memiliki seseorang yang sangat menyayangi mu, bahkan setelah lebih dari sembilan tahun, ia masih mencintai mu."ucapnya sebelum secara perlahan berubah menjadi partikel cahaya.

Reyhan yang mendengar hal itu membelalakkan matanya, kenangan demi kenangan lagi-lagi merasuki pikirannya.

"Pergilah padanya Rey, katakan yang sebenarnya dan jangan pernah bohongi dirimu sendiri dan dia lagi, pergilah! Katakan kebenarannya, kebenaran hari itu!" Reyhan secara tak sadar berlari ke arah gadis bertudung itu.

Kenangan demi kenangan, mulai membanjiri ingatannya membuat air matanya berlinang.

Pertemuan pertama mereka di Alteia Land yang berakhir dengan duel satu sama lain.

Kerja sama mereka dalam membasmi para undead, monster Svartalfheim, Author, para pemain pada saat event...

"Madya.." Ia terus berlari mengejar gadis itu, yang entah mengapa semakin lama, hanya semakin menjauh.

Dengan tudung merahnya, ia tersenyum ke arahnya, bernyanyi dengan merdu, dan membuang muka dengan malu. Berbagai ingatan itu, semua kenangan itu, kini bercampur aduk menjadi satu.

"Madya!!"

Pria itu segera membuka kedua matanya, dengan air mata yang menetes di wajahnya.

"Kau sudah bangun, Kak Hel..." Suara lembut seorang gadis menyadarkannya, membuat ia membelalakkan mata, air matanya pun berlinang semakin deras.

Ia kini sedang berbaring di atas bantal paha (wangy-wangy :v), dari seorang gadis bertudung merah yang hanya tersenyum lembut ke arahnya.

"Jadi, kau sudah tahu?"Tanya pria itu sambil berbalik menyembunyikan wajahnya di paha gadis itu.

"Awalnya tidak, kau mungkin adalah pembohong terhebat di dunia ini, Kak Hel.."ucap gadis bertudung itu sambil tertawa kecil.

Ia kemudian menjelaskan kejadian sewaktu mereka mengikuti area event, dan ia log out untuk melakukan pemeriksaan rutin dengan Martha.

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now