Epilog

350 48 29
                                    

Di kegelapan malam, terlihat seorang gadis sedang duduk di sebuah balkon kamar dengan angin malam yang berhembus, membelai rambut hitamnya.

Gadis itu hanya termenung, menatap hiruk pikuk kota yang mulai terasa sepi.

"Ah! Ternyata ada orang kah?"

Sebuah suara terdengar dari belakang gadis itu, membuatnya segera berbalik dan menatap seseosok pria berambut putih yang menjadi asal suara itu.

"Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan disini?"

Ameera terlihat menaikkan sebelah alisnya ketika melihat pria itu, ia mulai mengambil sebuah senjata dari sebuah pajangan yang menempel di dinding, membuat pria berambut putih itu hanya tersenyum tipis sambil menggaruk kepalanya dengan canggung.

"Aku? hmm.... siapa ya? Entahlah.... Kau bisa beranggapan kalau aku hanyalah seorang pria yang bukan  siapa-siapa dan sedang mencari angin segar." sang pria hanya mengangkat bahu sambil berjalan ke arah gadis itu, tak begitu terganggu dengan sebuah shotgun yang mengarah ke arahnya.

"Udara segar? Permisi tuan, saya sama sekali tak mengenal anda. Ini kamar saya dan jika anda tidak keberatan, bisakah anda keluar?" Ameera disisi lain mulai merasa sedikit risih membuat pria berambut putih itu hanya tertawa kecil menanggapi hal itu.

"Mengapa kau tertawa? Apa ada yang lucu?" Ameera kini terlihat serius. Ia sedikit lagi menarik pelatuk dari senjata ditangannya, namun tetesan air mata terlihat menetes dari sudut mata sang pria membuatnya tertegun menanggapi hal itu.

"Dunia ini penuh akan kebencian...."

"Tidak ada yang tahu darimana sebenarnya kebencian itu berasal. Namun jika termakan oleh waktu dan tidak segera diobati, kebencian itu akan berubah menjadi dendam...."

Pria itu mulai menatap langit, tak menghiraukan Ameera yang kini terdiam bungkam mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut pria itu.

"Kau tahu? Menurutku ini lucu. Beberapa orang saling membunuh hanya karena sebuah dendam masa lalu. Dan setelah dendam itu terbalaskan? Mereka merasakan kehampaan serta tidak memiliki arah tujuan lagi."

"Mereka bagaikan tersesat di labirin yang seakan tak pernah berakhir, dan  hanya bisa menunggu kehancuran dengan membawa dendam lain menuju diri mereka sendiri dan selamanya terjebak di lingkaran dendam tersebut."

Pria berambut putih itu mulai melirik ke arah Ameera yang kini menjatuhkan senjatanya. Gadis itu terlihat terdiam. Air mata terlihat menetes dari wajahnya, ia segera menggertakkan giginya sebelum dengan cepat berlari ke luar kamar.

"Hah..... sepertinya..... dia memang mirip denganmu, Alina." Pria berambut putih itu lagi-lagi bergumam sebelum menggelengkan kepalanya pelan. Ia kemudian menatap area perkotaan sekali lagi sebelum seorang kakek tua muncul dari balik pintu kamar, membuatnya menghela nafas panjang.

"Sudah hampir dimulai kah?"

Pria berambut putih itu segera berbalik sebelum menatap kakek tua yang kini memandanginya dengan tatapan dingin.

"Apa yang menurutmu sedang kau coba lakukan? Kau mengerti kondisinya bukan?!" Kakek tua itu segera meraih kerah baju pria tersebut membuatnya lagi-lagi menghela nafas.

"Hah.... Ya... Kau benar, tapi bukankah ada hal penting yang harus kita lakukan?" Pria berambut putih itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Ia segera melepaskan genggaman pria tua itu sebelum berjalan keluar ruangan.

Pria tua itu disisi lain hanya mendengus pelan. Ia segera berjalan keluar mengikuti pria berambut putih tersebut.

***

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now