145. Pasar Malam II

158 35 5
                                    

Diatas sebuah panggung, seorang gadis berambut putih duduk di atas kursi roda, menatap kedepan dengan gugup ketika melihat sepasang mata dari lautan manusia yang kini menatapnya dengan perasaan antusias.

Meraih mic yang berada tak jauh dari tempatnya, ia segera memberi tanda pada pianis yang berada di tempat itu, yang hanya mengangguk dan segera memainkan pianonya.

Menarik nafas dalam-dalam, Irena kemudian mulai bernyanyi dan alunan melodi yang indah terdengar, membuat semua orang terhanyut dalam alunan nadanya.

Angel white of labyrinth blue.

Do you see me, as i see you?

Soft darkeneth eyes haunted by dreamless sleep.

Is it your ghost i see in the mirror?

...

Tidak ada satupun orang yang berbicara atau bahkan bersuara. Mereka kini hanya memandangi sang gadis yang terus bernyanyi, meluapkan segala emosinya dalam lagu itu.

Reyhan sendiri hanya tersenyum menanggapi hal itu, semenjak ia mendengar suaranya yang merdu disaat mencoba menenangkan Zamharir dulu, ia sudah menduga Irena memiliki bakat dalam bernyanyi.

Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah sang penjaga karcis sebelumnya yang sepertinya juga ikut terhanyut dalam lagu yang dibawakan oleh Irena.

Gadis berambut putih itu terus bernyanyi hingga lagunya selesai, membuat tepuk tangan meriah terdengar bagai badai di malam itu.

Irena disisi lain segera mengatur nafasnya, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Reyhan yang terlihat juga bertepuk tangan sambil memberinya jempol, membuatnya hanya bisa tersenyum tipis.

***

"Indahnya..." Terpukau melihat pemandangan kota dari tempat yang tinggi, seorang gadis melingkarkan lengannya pada seorang pria gemuk yang juga menikmati pemandangan itu.

"Cih..." Seorang pria berkacamata disisi lain hanya bisa menatap pasangan itu dengan iri.

Mereka bertiga kini berada di atas bianglala, kincir angin raksasa yang menampung dan membawa mereka ke atas secara perlahan untuk melihat pemandangan kota.

Sebelumnya setelah Irena selesai bernyanyi, sang penjaga karcis yang ternyata adalah pemilik pasar malam ini, segera berterimakasih kepada gadis berambut putih itu karena telah menyelamatkan konsernya.

Ia kemudian memberikan kebebasan pada rombongan itu untuk mengikuti wahana apapun yang mereka inginkan malam ini secara gratis, sekaligus memberikan pengecualian untuk aturan menaiki bianglala.

Ia bahkan tak mempersilahkan  siapapun untuk menaiki bianglala selama satu jam, dan membiarkan rombongan itu menikmati pemandangan kota dari atas benda itu secara pribadi.

"Tak kusangka dia bisa sampai seperti ini." Reyhan di sisi lain hanya tertawa kecil mengingat kejadian itu.

Ia dan Irena kini berada di tempat khusus dan yang dibuat oleh sang penjaga karcis, agar kursi roda Irena bisa masuk.

Reyhan kemudian menatap ke arah Irena yang hanya terdiam dari tadi, menatap ke arah gemerlap kota di bawahnya dengan tatapan sedih di wajahnya.

"Hm? Apa kau tidak senang?" Reyhan mengerutkan alisnya ketika melihat hal itu.

Ia kini memegangi pundak Irena yang hanya menggeleng pelan, mengatakan dia tidak apa-apa.

"Tidak-tidak, aku senang kok." ucapnya sambil tersenyum.

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now