144. Pasar Malam

168 34 4
                                    

Disuatu tempat, tepatnya disebuah ruangan, terlihat seorang wanita berambut pirang sedang duduk, sambil dengan serius memperhatikan sebuah hologram yang terpampang dihadapannya.

"Bagaimana ini mungkin!?"

Wanita itu terlihat tidak percaya dengan apa yang ditampilkan hologram itu. Ia dengan keras memukul meja didekatnya, membuat seorang gadis berambut putih dibelakangnya segera mendekat dan menenangkannya.

"Martha sudah cukup, kau sudah berusaha sebaik mungkin."

"Tidak, ini pasti ada kesalahan, mungkin-" Belum sempat wanita itu menyelesaikan perkataannya, Gadis berambut putih itu segera membelai wajahnya, menatap matanya dengan tatapan hampa seperti biasanya.

"Terimakasih karena telah merawat ku selama ini, aku tahu jika kita sama sekali tak memiliki hubungan darah, tapi kau sudah bagaikan saudari kandung bagiku." Gadis berambut putih itu tersenyum sebelum mengalihkan pandangannya ke arah hologram tersebut.

"Begitu, maksimal hanya tersisa beberapa minggu lagi kah?" Gadis berambut putih itu secara tak sadar meneteskan air mata, ia dengan cepat mengelapnya, membuat wanita berambut pirang itu hanya bisa menatapnya dengan tatapan tak berdaya.

"Mungkin memang sudah waktunya, ku bertemu dengannya kembali. " Gadis berambut putih itu tersenyum tipis membuat Martha menatapnya lirih.

"Iren..." Mengepalkan tangannya keras, Martha segera menatap mata gadis berambut putih itu kembali.

'Aku tidak akan menyerah hingga kau kembali seperti sedia kala!' pikirnya sambil mencoba untuk tersenyum.

Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah dua dari empat buah kapsul VR yang ada di tempat itu.

"Kau jangan sampai menyerah dulu, mungkin alat ini sedang rusak. Selain itu, apakah kau ingin melihat suamimu bersedih?" Martha mencoba untuk menggoda Gadis berambut putih itu.

"Ya... Kau benar."

Biasanya, ia akan salah tingkah ketika Martha menggodanya seperti itu, namun entah mengapa kali ini ia hanya membalasnya dengan senyuman tipis sebelum menggerakkan kursi rodanya mendekat ke arah salah satu kapsul tersebut.

"Dia membawa sebuah kehidupan baru untukku, seperti yang dilakukan oleh kak Hel." Irena mulai memandang wajah sesosok pria berambut hitam dari balik kaca kapsul sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

"Tapi, entah mengapa aku merasa tak ada satupun yang bisa menggantikannya, bahkan dia." Irena mulai menutup kedua matanya, membayangkan semua petualangan yang telah mereka semua lakukan hingga saat ini.

Martha disisi lain hanya terdiam mematung di tempatnya, ia terlihat menundukkan kepalanya mencoba untuk menahan air mata, sayangnya dia sepertinya gagal melakukannya.

"Hei, mengapa kau menangis? Aku masih ada disini kau tahu?" Irena yang menyadari hal itu dengan cepat mendekat dan mengelap air mata Martha, membuat wanita berambut pirang itu lagi-lagi menatapnya dengan perasaan bersalah.

'Apakah kenyataan memang selalu sepahit ini?' pikirnya, ia terlihat mengepalkan tangannya dengan begitu keras.

Janjinya pada ibunya untuk menjaga Irena mulai terngiang di kepalanya, membuatnya tak akan pernah menyerah untuk menyembuhkan gadis berambut putih itu.

Ia segera keluar dari ruangan, mencoba untuk mencari obat-obatan yang ada di ruang penyimpanan rumah sakit, meninggalkan Irena sendirian di tempat itu.

Perlahan air mata turun dari wajah gadis berambut putih itu, ia memang daritadi berusaha untuk menahan emosinya agar sahabatnya itu tidak khawatir.

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now