146. Binatang

152 27 4
                                    

"Hah... Kuharap mereka bersenang-senang..." Seorang wanita berambut pirang tersenyum simpul sambil berjalan di sebuah lorong. Ia terlihat memakai jas putih dokter, lengkap dengan masker dan tas penuh dengan peralatan medis.

Ia adalah Martha yang baru saja selesai melakukan operasi. Ia tiba-tiba mendapatkan panggilan tepat setelah Peter berangkat, untuk membantu dalam operasi tersebut.

Menggelengkan kepalanya pelan ia segera berjalan ke arah sebuah pintu, wanita itu segera membukanya dan masuk ke dalam ruangan di balik pintu itu.

"Dokter Martha, akhirnya anda disini..." Seorang gadis berpakaian perawat segera menghampiri wanita itu.

"Ini- apa yang terjadi padamu!?" Martha membelalakkan mata hebat, ketika melihat kondisi perawat itu.

Pakaian perawat yang dikenakannya terlihat sobek dimana-mana, kesuciannya sudah terenggut, membuatnya hanya bisa menahan getaran rasa takut di tubuhnya, dan menangis serta memeluk wanita berambut pirang itu erat.

"Jangan bilang kalau ini adalah ulah pria itu." Pandangan Martha tiba-tiba menjadi sedingin es.

Ia kemudian berbalik dan berniat untuk membuka pintu, hanya untuk ditahan oleh perawat tersebut.

"Tidak dokter! jangan kesana, dia sekarang mengincar mu."ucap gadis perawat itu dengan tubuh yang masih bergetar.

Hal itu hanya membuat Martha segera meraih tasnya dan mengeluarkan sebuah batang plastik dengan sebuah tombol di gagangnya.

"Kau tidak perlu khawatir, jika dia berniat untuk melakukan hal yang macam-macam..."

Martha kemudian menekan tombol itu, membuat ujung dari batang tersebut mengeluarkan listrik bertegangan tinggi.

***

"Hahaha yeah!" Sementara itu, di suatu tempat seorang pria gemuk kini sedang melakukan hal yang tak senonoh pada seorang gadis dihadapannya.

Gadis itu terlihat berada dalam kondisi terikat, dan benar-benar tak berdaya ketika seluruh pakaiannya dilucuti oleh pria gemuk itu.

"Hm? Kenapa kau berhenti berteriak?" Pria gemuk itu kemudian memukul sang gadis tepat di perutnya membuatnya berteriak kesakitan.

"Yah! begitu, mengerang lah!" Sang pria terus melakukan hal yang tak senonohnya tersebut, membuat seorang pria lain yang berada di tempat itu hanya tersenyum dingin.

Pria itu terlihat mengenakan seragam polisi lengkap, ia sebelumnya dipanggil oleh Rio untuk membahas beberapa hal penting.

"Rio.. apa yang sebenarnya kau rencanakan?" Mengabaikan hal yang terjadi di depannya, ia kemudian berbalik menatap seorang pria lain yang saat ini hanya menatap keluar jendela.

Bulan bersinar dengan begitu terang, namun awan mendung menutupi sinar itu, membuat Rio hanya menyeringai.

"Jika kau tidak ingin terlibat pergilah dari sini, tapi kau yakin tak ingin ikut bersenang-senang bersama kami, Komjen pol Saga?" Rio kemudian berbalik, dan menatap ke arah pria tersebut.

"Hah.... Apapun yang kalian ingin lakukan, ini terakhir kali aku membantu kalian."ucapnya sambil berjalan keluar, dan menutup pintu dengan keras.

Rio hanya menggeleng melihat hal itu, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pria gemuk sebelumnya, yang saat ini masih melakukan tindakan tak senonohnya dengan penuh nafsu.

"Rama simpan energimu untuk nanti, kau tidak ingin kehilangan hidangan utama mu bukan?" Pria gemuk yang mendengar hal itu hanya menyeringai dingin sebelum berbalik.

Ia kemudian menghentikan tindakannya, membuat sang gadis hanya bisa terengah-engah sambil menatapnya kosong, air matanya daritadi telah kering akibat menerima perlakuan seperti itu

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Där berättelser lever. Upptäck nu