Bab 3

100K 6.5K 369
                                    

Matahari perlahan mulai condong ke barat. Namun, hawa panas masih tetap terasa layaknya siang hari yang terik. Saking panasnya Kara sampai harus berkali-kali menyeka keringat di sekitar wajah dan lehernya.

Kara baru saja selesai latihan marching band bersama teman-teman yang lain. Kini ia duduk di tepi lapangan guna sedikit melepas penat di sekujur tubuhnya. Terutama kedua lengannya yang terasa linu dan kebas karena terus ia gunakan untuk memegang dan melempar tongkat panjang yang jadi properti utama mayoret itu.

Sembari mengipasi wajahnya Kara tak sengaja melabuhkan atensinya ke lapangan basket. Di sana tampak Naresh yang tengah mendribble bola menuju ring lawan. Ternyata sore ini eskul basket juga tengah latihan. Padahal, tadinya Kara kira Naresh sudah pulang bersama gebetan barunya.

"Kara?"

Kepala Kara menengadah begitu seseorang memanggilnya. Senyum hangat pun terbit di bibirnya begitu tahu orang yang memanggilnya ternyata Satriya.

"Kak Satriya? Kenapa, Kak?" tanya Kara.

Alih-alih menjawab pertanyaan Kara cowok berahang tegas itu justru menyodorkan sebotol minuman isotonik pada Kara.

"Minum. Pasti haus, kan?" tebak Satriya.

Sembari terkekeh pelan, Kara menerima minuman tersebut. "Kak Satriya tau aja. Makasih, Kak," ucap Kara.

Satriya pun ikut tersenyum, kemudian duduk di samping Kara yang kini tengah membuka tutup botol tersebut. Lantas saat Kara sudah akan menenggak minuman tersebut tiba-tiba satu tangan dengan lancangnya merampas minuman tersebut.

Sontak Satriya memusatkan atensinya pada sang pelaku yang tak lain adalah Naresh.

"Naresh?" tegur Kara.

Cowok yang masih memakai jersey basket dan head band itu tak menggubris panggilan Kara. Tatapannya yang penuh permusuhan kini tertuju pada Satriya yang entah sejak kapan sudah berdiri.

Tangan kanan Naresh beralih menyodorkan minuman lainnya pada Kara.

"Resh, gu--"

"Lo haus, kan? Minum!" titah Naresh. Suara tegasnya benar-benar terdengar tak dapat dibantah.

"Tapi, itu--"

"Minum atau gue buang sekalian?" ancam Naresh.

Tentu saja ancaman Naresh cukup berdampak pada Kara. Sebab, kini cewek bersurai blonde itu langsung menerima minuman pemberian Naresh.

"See? Dia udah minum, jadi sekarang lo pergi," usir Naresh seraya melempar minuman hasil rampasannya pada Satriya. Bermaksud mengembalikan minuman tersebut pada sang pemilik.

"Ck! Lo bisa nggak, sih, sopan sedikit sama senior?" tegur Satriya.

Sembari melepas head band-nya, Naresh berkata, "Ck! Li bisi nggik sih sipin sidikit simi siniir?"

Ya, benar sekali. Alih-alih merenungi teguran Satriya, Naresh justru mengejeknya. Tak lupa ia tampilkan ekspresi super menyebalkan yang mampu membuat Satriya gemas ingin menenggelamkan Naresh ke kali Porong. Tetapi, Satriya sadar bahwa hal itu hanya akan jadi khalayannya saja.

Satriya menghela napas pelan. Mencoba mengumpulkan puing-puing kesabarannya. Lalu, ia beralih pada Kara yang ternyata tengah menahan senyum geli. Mungkin, karena melihat tingkah kurang ajar Naresh.

Sialan. Satriya makin bad mood saja saat tahu tingkah Naresh justru berhasil membuat Kara tersenyum.

"Kara?" panggil Satriya.

Kara terlihat gelagapan. "I-iya, Kak?"

"Gue duluan, ya. Lo hati-hati sama, nih, kunyuk," ujar Satriya.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now