Bab 33

54.6K 4.1K 294
                                    


Malam beranjak kian larut. Tapi, cewek bersurai kecokelatan itu belum berniat untuk mengistirahatkan tubuh, memejamkan mata dan melupakan segala hal yang hari ini terjadi.

Sosok yang kerap dipanggil Yuna itu, kini tengah duduk di depan meja belajar. Sebelah tangannya menggenggam ponsel yang menampilkan postingan terbaru dari salah satu teman sekelasnya, Rengga.

Beberapa menit yang lalu Rengga mengunggah fotonya bersama Kara. Mereka terlihat bahagia dengan senyum ringan tanpa beban.

Yuna berdehem pelan, lalu meletakkan ponselnya. Ia menggigiti kuku-kukunya sebelum akhirnya bel rumah berbunyi dan membuat kedua kakinya harus rela menjejakki anak tangga. Padahal, sekarang sudah jam 11 malam. Manusia mana yang datang bertamu malam-malam begini?

Diiringi rasa kesal Yuna membuka pintu tinggi berbahan kayu itu. Sesosok cowok dengan jaket leather dan celana jins hitam pun langsung menyambut netranya.

"Mau ngapain?"

Itulah kalimat pertama yang Yuna lontarkan pada cowok yang tak lain adalah kakak kembarnya itu.

Tanpa menjawab pertanyaan Yuna si kakak melenggang masuk begitu saja. Sontak menuai protes dari Yuna.

"Lo apa-apaan, sih? Main masuk aja! Lo lupa? Ini udah jadi rumah gue. Lo sendiri, kan, yang nggak mau tinggal sama gue? Lo yang lebih milih tinggal di apartemen it--"

"Jauhin Naresh!"

"Nggak!"

"Lo udah gila, ya? Apa sih yang sebenarnya lo rencanain? Hah?!"

Senyum sinis Yuna terukir seiring dengan nada bicara sang kakak yang menggebu-gebu. Melukiskan betapa ia frustrasi pada perilaku Yuna.

"Apapun rencana gue ... lo sama sekali ada kaitannya dan lo nggak berhak ikut campur," ujar Yuna.

Cowok dengan tinggi sekitar 173 cm itu mendekat pada Yuna. Bola mata yang biasanya menampilkan sorot ceria sekaligus konyol, kini justru terlihat dingin dan menakutkan.

"Jangan lupa ... rahasia lo ada di tangan gue. Menurut lo ... gimana tanggapan orang-orang kalo mereka tau ternyata lo su--"

"Yere!" bentak Yuna.

Jika tadi Yere yang kesal dan kesulitan mengendalikan amarah, kini keadaan jadi berbalik. Sekarang justru Yuna yang terbakar emosinya sendiri hanya karena karena ancaman sang kakak kembar, Cendekia Yere Argibrata.

"Lo jahat," desis Yuna.

"Lo jauh lebih jahat," balas Yere seraya tersenyum remeh.

"Gue jahat ke orang lain, tapi lo ...."

" ... lo jahat ke adik lo sendiri. Lo tega mengancam gue dengan--"

"Udahlah, Na. Nggak usah drama," pungkas Yere.

Sebelah tangannya mendarat di puncak kepala Yuna. Ia mengelus lembut rambut Yuna. Sekilas membuatnya terlihat seperti seorang kakak yang begitu menyayangi adiknya. Namun, kenyataannya tidak demikian. Jika ada penghargaan dengan nominasi sosok yang paling membenci Yuna, maka Yere adalah pemenangnya.

"Mulai sekarang lo cukup hati-hati aja. Kenapa? Karena rahasia lo bisa gue bocorin kapan aja," ancam Yere.

"Brengsek," desis Yuna.

***

"Kak Rengga?"

"Huh?"

Rengga memalingkan wajah dengan cepat. Ia mendapati sosok Dita sang sekretaris OSIS yang sudah berdiri di depannya.

"Kenapa, Ta?" tanya Rengga.

Possesive PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang