Bab 22

52.8K 4.2K 118
                                    

Btw, buat para pembaca Possesive Playboy tercintaaah. Eaak. Yang mau mutualan IG bisa banget, ya. Hehehe. Ini username ig-ku "cokeltmatcha". Nanti DM aja pasti aku follback.
😙😙😙




Gemericik air jadi satu-satunya suara yang mengisi kesunyian toilet sekolah. Dengan Kara dan Olin yang sama-sama berdiri di depan wastafel.

Kara tengah membasuh tangannya sementara Olin sibuk mengaplikasikan liptin yang baru kemarin ia beli.

"Ra? Gimana? Bagus, nggak?" tanya Olin seraya memanyunkan bibir ke arah Kara.

"Ish! Nggak usah monyong juga mulut lo," hujat Kara, lalu menyipratkan air ke wajah Olin.

"Kara, jangan dicipratin! Bedak gue luntur, nih," rengek Olin.

"Bodo amat," sahut Kara.

Cewek itu mematikan keran, kemudian meraih beberapa lembar tisu untuk mengeringkan tangannya.

Setelah selesai, Kara membuang gumpalan tisu tersebut ke tempat sampah.

"Yuk!" ajak Kara.

"Bentar. Gue mau nanya sesuatu sama lo," cetus Olin.

Tiba-tiba Olin menarik tangan Kara. Tubuh Kara pun jadi lebih dekat dengan Olin.

"Mau ngapain lo?" tanya Kara, mulai panik dengan tingkah Olin yang mencurigakan.

"Diem aja!" titah Olin.

"Lin, gue cewek, ya! Gue masih normal! Gue masih suka cowok," ujar Kara dramatis.

"Gue juga masih normal kali. Lagian kalo gue belok pasti gue bakal milih-milih juga. Nggak mungkin gue mau sama cewek modelan lu. Tepos kek triplek begini," hujat Olin.

Mata Kara mendelik seusai mendengar hujatan dari Olin. Ia pun akhirnya memilih diam dan membiarkan Olin sibuk entah melakukan apa.

Ternyata Olin berniat mengaplikasikan liptin barunya di bibir Kara. Tak ingin bibirnya tampak konyol, maka Kara pun diam tak berkutik.

"Ra, gue mau nanya, deh," ucap Olin sambil sibuk mengoleskan liptin ke bibir Kara.

"Nanga aha?" Kara balas bertanya dengan suara tak jelas.

Jemari Olin berhenti melakukan aktivitasnya. Mata bulatnya menatap Kara penuh arti.

"Lo lagi ada masalah sama Naresh?" tanya Olin.

Alis kanan Kara terangkat. "Kenaha nanga gihu? Engang kelihatan, ya?"

Olin mengangguk dan berkata, “Iya. Kelihatan banget. Apalagi lo, kan, biasanya ke sekolah selalu sama Naresh, tapi beberapa hari ini gue lihat lo sama Rengga.”

Raut wajah Kara langsung berubah panik begitu Olin menyinggung nama Rengga. Cepat-cepat cewek itu meraih tangan Olin dan menggenggamnya erat. Ia bahkan tak peduli pada liptin yang belum rata di atas bibirnya.

"Lin, gue sama Rengga nggak ada hubungan apa-apa. Kita cuma temen. Gue juga yakin Rengga biarin gue nebeng karena dia kasihan sama gue bukan karena hal lain. Lo percaya, kan, Lin?"

Hening.

Tak ada jawaban dari Olin. Hal itu membuat Kara semakin panik. Ia benar-benar tak ingin berselisih dengan Olin atau yang lebih parah membuat Olin sedih karena kedekatannya dengan Rengga. Akhir-akhir ini Kara terlalu sibuk berperang dengan perasaannya sendiri dan melupakan fakta bahwa Olin menyukai Rengga.

"Lin, serius. Gue nggak ada apa-apa sama Rengga," jelas Kara.

Tiba-tiba saja Olin tertawa. Tawanya terlalu kencang hingga menggema di toilet yang semula sepi itu.

Possesive PlayboyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora