Bab 65

35.5K 3K 179
                                    


"Akhirnya penderitaan ini berakhir juga!"

"Halaaah! Sok-sokan paling menderita. Padahal, belajar aja kagak!"

Olin melempar tempat pensilnya dan tepat mengenai kening mulus Axel. Alhasil, kini cowok itu langsung terduduk dan mengaduh kesakitan.

"Sakit woi! Dasar betina bar-bar!" hardik Axel tak terima.

Dengan angkuh Olin menghampiri Axel, lalu memungut tempat pensil yang ada di dekat kaki Axel.

"Daripada lo katanya cowok, tapi lambe banget," hujat Olin.

Seluruh penghuni kelas kompak menyoraki Olin. Mereka bahkan tampak seperti anak buah Olin yang puas setelah melihat Olin berhasil menistakan Axel.

"Yuk, Ra!" ajak Olin begitu kembali ke bangkunya.

"Dasar dedemit!" maki Axel, kesal.

Cewek itu langsung menggamit lengan Kara tanpa menanggapi makian Axel. Ia menyeret Kara keluar dari kelas.

"Nah! Keluar juga akhirnya."

Di koridor ternyata Naresh, Rengga, dan Yere sudah menunggu mereka.

"Lo bertiga ngapain di sini? Mau bikin grup bapak-bapak catur?" celoteh Olin.

"Lin, lo nyerocos terus lama-lama gue lakban, tuh, mulut," ancam Yere terlampau geram.

"Heh! Yang ada mulut lo duluan yang bakal gue sumpal pake kaus kaki," balas Olin.

"Hoiii!" seru Rengga.

Ia selalu jadi pihak yang paling waras sekaligus frustrasi setiap kali teman-temannya terutama Olin dan Yere terlibat adu mulut.

"Biasa aja kali, Ngga," gerutu Naresh.

Soalnya Rengga berteriak tepat di samping telinga Naresh.

"Gimana? Jadi, nggak? Kalo masih mau ngebacot mending gue pulang terus tidur," tandas Rengga.

"Jadi? Ke mana?" tanya Kara.

"Kunjungan kerja ke apartemen gue, Ra. Lo ikut, kan?" tanya Yere.

Cewek itu mengangguk sambil menahan senyum geli.

"Yuk, yang!" ajak Naresh sambil menggandeng tangan Kara.

"Enak aja! Kara sama gue!" seru Olin, lalu memisahkan Kara dan Naresh.

Naresh sudah tampak akan protes.

"Lagian lo berdua belum jadian. So, selama lo berdua belum jadian ... Kara adalah hak milik gue. Paham?"

Tanpa menunggu jawaban dari Naresh, Olin langsung menarik Kara agar berjalan bersamanya. Kara pun hanya pasrah saja. Dia sudah lelah karena seharian otaknya diforsir untuk mengerjakan soal ujian.

"Dasar kuntilanak!" hujat Naresh.

Kedua tangannya mencakar-cakar udara karena terlalu kesal.

"Makanya buruan official," sahut Yere.

"Dengerin, tuh. Duta jomblo lagi ngasih saran bermanfaat," imbuh Rengga.

"Kok jadi ngeledek gue, sih?" protes Yere.

"Muka lo enak buat diledek," tandas Naresh.

"Asu!"

"Ngapain manggil diri sendiri?" tanya Rengga.

"Arrgh! Tau, ah! Bodo amat!" seru Yere, kesal bukan main.

Niat hati ingin meledek Naresh ternyata justru dia yang diledek oleh Naresh dan Rengga. Nasib jomblo memang selalu apes.

Possesive PlayboyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora