Bab 70

35.6K 2.8K 123
                                    


"Ra?"

Cewek itu tersenyum dan menatapnya dengan teduh. Namun, sekeras apapun ia mencoba untuk mendekat akhirnya tetaplah sama. Tubuhnya tak bergeser sejengkal pun.

"Ra, aku kangen sama kamu," ungkap Naresh.

Di depan sana Kara masih betah menampilkan senyumnya. Entah dia mendengar ungkapan rindu dari Naresh atau tidak.

"Naresh ...."

Mata Naresh berbinar kala mendengar suara lembut Kara.

"Iya, Ra?"

Kaki Naresh kembali melangkah. Bermaksud menghampiri Kara, namun lagi-lagi ia seakan masih berpijak di tempat yang sama.

"Ra ... aku ... aku nggak bisa ke sana," gumam Naresh.

Alih-alih menjawab, Kara justru berbalik. Cewek itu mengayunkan langkah diikuti oleh kabut yang datang entah dari mana.

"Ra? Kamu mau ke mana, Ra?"

"Jangan tinggalin aku di sini, Ra!"

"Aku nggak mau sendirian di sini!"

"Kara!"

Kabut asap datang terus-menerus. Dalam sekejap menghalangi pandangan Naresh. Hingga ia tak lagi mampu membingkai sosok Kara.

"Ra?"

"Kara?"

"Kara!"

"Akhh!"

"Naresh?"

Pening menyerang kepala Naresh begitu netranya terbuka dan langsung bertemu dengan cahaya lampu yang terang benderang.

"Kenapa? Apanya yang sakit?"

"Kara?"

Bibir pucat Naresh langsung merapalkan nama Kara begitu sadar cewek itu ada di sampingnya.

"Iya. Gue di sini, Resh," jawab Kara.

Susah payah Naresh berusaha bangkit dan mendudukkan diri. Kedua tangannya langsung membingkai wajah tirus Kara.

"Gue nggak bisa ke sana, Ra. Gue nggak bisa ke tempat lo," ungkap Naresh.

"Lo ngomong apa, sih? Tempat gue di sini. Di samping lo," jawab Kara, lalu memeluk Naresh yang masih cukup terguncang.

Layaknya seorang ibu, Kara pun berusaha menenangkan Naresh. Ia memeluk Naresh dengan lembut dan merapalkan kata-kata penenang.

"Gue nggak akan ke mana-mana, Resh," ungkap Kara, pelan.

Sekian detik berlalu, Naresh pun berangsur lebih tenang. Lantas, Kara mulai mengurai pelukannya.

"Kenapa gue di sini lagi, Ra?" tanya Naresh.

Sepertinya ia lupa pada kejadian sesaat sebelum dirinya pingsan dalam pelukan Kara.

"Lo sakit, jadi harus dirawat di sini," jawab Kara.

"Sakit? Sakit apa? Gue kan--"

"Kenapa lo bohong, Resh?" Kara memotong ucapan Naresh.

"Gue? Bohong? Soal ap--"

"Soal penyakit lo. Soal racun yang jadi penyebab kerusakan jantung sama ginjal lo. Kenapa lo nggak bilang seenggaknya sama om Tama?"

Hening.

Tak ada jawaban dari Naresh. Mungkin, Naresh memang tak bisa menjawab pertanyaan itu.

Dalam hatinya, Naresh mengaku salah. Ia salah karena tak memberi tahu sang papa tentang penyakitnya. Padahal, mereka hanya punya satu sama lain.

Possesive PlayboyМесто, где живут истории. Откройте их для себя