Bab 54

46.4K 4K 366
                                    


Pagi tadi Naresh memberi tahu Kara bahwa ia ingin mengajak Kara ke suatu tempat. Lantas, setelah bel pulang tiba, Naresh langsung menculik Kara dari Olin. Cowok itu bahkan hampir dijambak oleh Olin karena dengan gaya songongnya merebut Kara. Padahal, Olin ingin mengajak Kara ke mal.

"Ini tempatnya?"

Setelah beberapa menit perjalanan mereka tiba di sebuah kafe dua lantai yang letaknya agak tersembunyi dari jalan raya.

"Iya. Bagus, kan? Baru buka, Ra. Jadi, belum terlalu banyak pengunjungnya," papar Naresh.

"Kayaknya, sih, bagus," jawab Kara sembari meneliti desain dari bangunan kafe itu.

"Yuk!" ajak Naresh sembari menggandeng tangan Kara.

Sepertinya menggandeng tangan Kara sekarang sudah jadi kebiasaan untuk Naresh. Ia sudah terbiasa melingkupi tangan kecil itu. Ia juga terbiasa merasakan bagaimana hangatnya tangan itu. Lalu, saat tangan itu tak ada dalam genggamannya, seketika hampa yang ia rasa.

"Hai, Resh!"

Salah seorang barista menyapa Naresh begitu mereka masuk.

"Hai, Jen!" balas Naresh.

Si barista mengalihkan tatapannya pada Kara.

"Oh, iya. Kenalin ini Kara," tutur Naresh.

"Oh, jadi ini yang namanya Kara. Hai, Ra! Gue Rajendra. Masih ingat, kan?"

Cowok bernama Rajendra itu mengangkat sebelah alisnya.

"Hai, gue Kara. Lo yang waktu itu jadi kapten tim basket SMA Cendekia?" tanya Kara ragu-ragu.

"Yaps!" seru Rajendra. Ia senang karena ternyata Kara masih ingat dengannya.

"Ya, udah kalo gitu silakan duduk. Gue siapin menu spesialnya dulu."

Rajendra meninggalkan Naresh dan Kara yang masih berdiri di depan meja kasir.

"Jadi, Rajendra yang punya kafe ini?" tanya Kara.

"Punya abangnya lebih tepatnya," ralat Naresh, lalu mendorong bahu Kara.

Mereka pun duduk di bangku sudut kafe.

Sembari menunggu Rajendra kembali, Kara sibuk meneliti detail dari kafe . Desainnya benar-benar sesuai selera Kara. Suasana kafenya juga cukup nyaman. Sepertinya, setelah ini Kara akan sering datang ke sini meski tidak dengan Naresh.

"Ra?" tegur Naresh.

"Hm?"

"Ingat nggak hari ini hari apa?"

Mata Naresh menatap Kara penuh harap.

"Hari Rabu, kan?"

"Ya, tau. Maksud gue ada yang spesial nggak di hari ini?"

"Apa, sih? Nggak ada yang spesial."

"Yakin?"

Cowok itu masih berusaha membuat Kara mengingat tentang hari ini. Namun, Kara tetap tak ingat dan berakhir kesal sendiri.

"Ck! Bodo, ah!" sungut Kara.

Naresh terkikik geli. Ia menjawil ujung hidung Kara.

"Askara ....."

Nada bicara Naresh terdengar begitu lembut. Selembut tatap matanya pada Kara, detik ini.

Diraihnya kedua tangan Kara yang menganggur di atas meja. Lalu, ia genggam dengan erat. Seolah takut tangan itu akan terlepas jika ia lengah sebentar saja.

"Ada apa, sih, Resh?"

Kara mulai waswas karena sikap Naresh.

"Selamat ulang tahun," ucap Naresh bersamaan dengan Rajendra yang datang dengan kue cokelat berhias lilin angka 18 di atasnya.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now