Bab 50

51.6K 3.6K 295
                                    

Selama beberapa hari ini rasanya air mata Yuna seperti dikuras. Dalam kesunyian rumah minimalisnya ia sering menangis. Meratapi hal-hal yang akhir-akhir ini terjadi dan tak sesuai dengan keinginannya.

Seperti saat ini contohnya. Saat beberapa menit yang lalu ia baru saja menghubungi Naresh, namun Naresh justru menolak panggilan darinya.
Lantas, tak sampai 1 menit Yuna harus melihat pembaruan instastory di akun Instagram milik Naresh.

Hati Yuna terasa digores berkali-kali. Tak cukup dengan Naresh yang menolak panggilannya. Kini, Yuna juga harus menerima kenyataan bahwa ternyata Naresh sedang bersama Kara. Mereka terlihat nonton film bersama.

Sorot terluka dan penuh kebencian terpancar jelas di kedua netra Yuna. Diikuti oleh tangan yang semakin erat menggenggam ponsel.

"Lo pikir semua bakal selesai? Lo bakal bisa bahagia? Nggak akan!" tegas Yuna.

Sampai kapanpun Yuna memang tak akan menyerah. Tekad, dendam, dan kebencian seakan sudah jadi bagian dari dirinya. Ia bahkan tak peduli jika sekarang dirinya ikut hangus terbakar oleh dendamnya sendiri. Saat ini yang ia inginkan hanya satu, yaitu memisahkan Naresh dan Kara. Membuat Naresh tak bisa memiliki Kara.

Dengan gerakan kasar Yuna menghapus jejak air mata di sekitar wajahnya.

"Ini belum benar-benar selesai, Nareshta," desis Yuna.

Cewek ber-sweater hijau mint itu beranjak dari meja belajar. Ia membuka lemari besar dalam kamarnya. Sebuah kotak besar berwarna biru navy, kini sudah ada di tangan Yuna. Kotak itu diletakkan di atas kasur, lalu dibuka oleh Yuna.

Kedua netra Yuna kembali berembun saat menilik isi dari kotak yang telah lama tersimpan dalam lemarinya itu. Tangannya pun bergerak, mengusap tekstur dari gaun berwarna baby blue yang terlipat rapi dan memiliki desain yang begitu cantik.

"Kamu pasti cantik banget kalo pakai gaun ini, Ra."

***

Pelajaran olahraga bagi kelas IPA 1 baru saja usai. Seluruh siswa pun bergegas istirahat. Ada yang bergegas ganti baju, ada yang langsung ke kantin, dan ada juga yang memilih duduk lesehan di tengah lapangan indoor.

Dari ketiga opsi itu Naresh ada pada opsi ketiga. Cowok itu memilih duduk lesehan di lapangan indoor sembari mengipasi wajahnya yang penuh keringat. Tak jauh darinya juga ada Rengga. Namun, Rengga bersikap layaknya orang asing seperti biasanya.

"Woi!!"

Sebuah seruan berhasil memecah keheningan yang terjadi. Sang pelaku tak lain ialah Yere. Cowok berkulit tan yang dikenal ceria, humoris, grasak-grusuk, dan biang rusuh.

Yere datang dengan tiga botol air mineral dingin. Ia lantas duduk di samping Naresh.

"Ngga, sini! Mau minum, nggak?" tawar Yere dengan suara lantang.

Meski agak malas akhirnya Rengga beranjak menghampiri Yere dan Naresh. Rengga duduk di samping Yere, lalu merebut satu air mineral dari tangan Yere.

"Buset! Sabar kali," gerutu Yere.

"Haus," celetuk Rengga.

"Punya gue mana?" tanya Naresh.

"Nih!"

Yere memberikan air mineral pada Naresh. Naresh menerima dan langsung meneguknya hingga sisa setengah botol.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now