Bab 29

48.4K 3.6K 94
                                    


Hai-hai! Siapa yang udah nunggu cerita ini update?

Cuma mau ngingetin, sebelum baca jangan lupa tekan bintang. Setelah baca jangan lupa tinggalkan kesan. Hehehe.

Happy Reading!

----

Cermin toilet, kini menampilkan pantulan wajah Yuna yang tampak cantik meski hanya dipoles make up tipis. Bahkan, hanya dalam balutan seragam puti abu-abunya pun Yuna masih tetap cantik.

Suasana toilet sekolah siang ini cukup sepi. Di sana hanya ada Yuna seorang.

Tiba-tiba Yuna menurunkan pandangan. Gelang yang menghias pergelangan tangannya, kini jadi objek utama di netra Yuna.

Seulas senyum miring menghias bibirnya. Disusul oleh jemarinya yang menyentuh gelang tersebut. Seakan ingin merasakan tekstur gelang sekaligus bentuk unik dari gelang yang harganya cukup mahal itu.

"Desain spesial? Buat Kara? Cih!"

Untaian kata bernada penuh ejekan terlontar. Beruntung tak ada seorangpun yang mendengar. Sebab, jika ada satu saja orang yang mendengarnya, maka imej Yuna sebagai cewek cantik berhati baik nyaris sempurna akan sirna seketika.

"Lo nggak akan pernah jadi yang spesial buat Naresh, Kara."

Lagi-lagi Yuna bermonolog. Mencoba mengekpresikan apa yang ia rasakan. Hingga beberapa sekon kemudian terdengar samar suara obrolan dua siswi yang makin lama makin dekat dengan toilet.

"Gimana? Mau nonton, nggak?"

"Gue sama siapa?"

"Ajak Kak Satriya aja. Terus gue ajak Rengga."

"Tapi gue ...."

Dua cewek itu berhenti mengobrol ketika melihat kehadiran Yuna.

"Eh, Kara, Olin. Hai!" sapa Yuna sembari mencuci tangannya.

"H-hai," balas Kara, canggung.

Olin hanya menaikkan sebelah alisnya. Lalu, ia memasuki salah satu bilik toilet. Sementara Kara memutuskan untuk membenahi tatanan rambutnya di depan cermin. Cewek itu, kini berdiri di samping Yuna.

"Kara?" tegur Yuna.

"Ya?"

"Kok gelang kita sama, sih? Kebetulan banget, ya, Ra? Lo beli di mana?" cerca Yuna seraya menggoyangkan pergelangan tangannya.

Bola mata Kara agak melotot saat melihat gelang Yuna yang memang persis seperti gelang miliknya.

"I-iya. Kok bisa sama, ya?" Kara balas bertanya.

"Nggak nyangka banget, ya? Kayaknya nanti gue harus tanya ke Naresh, deh, di mana dia beli gelang ini. Biar nanti kalo mau ke sana kita bisa bareng," celoteh Yuna.

Yuna tersenyum begitu cerah saat berceloteh panjang lebar. Sedangkan Kara sudah terlihat kecewa saat tahu ternyata Naresh memberikan gelang yang sama pada mereka berdua.

"Naresh?" gumam Kara enggan percaya.

"Iya. Naresh yang beliin ini. Katanya buat kado ultah gue. Padahal, ultah gue masih minggu depan. Naresh masih sama, ya, Ra ternyata. Masih tetap romantis."

Kara tak lagi menjawab. Tentu saja karena kini sesak mendadak menyerbu tenggorokannya. Membuatnya kesulitan untuk berucap hingga merasa kesakitan.

Nareshta. Cowok itu memang sangat tak bisa ditebak. Kara kira Naresh masih bisa ia anggap sebagai teman meskipun cowok itu brengsek. Tapi, ternyata lagi-lagi Kara salah kaprah. Lagi-lagi ia dipermainkan oleh Naresh. Bahkan, setelah keduanya sama-sama mengukir jarak.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now