Bab 4

81K 6.2K 119
                                    


Minggu kali ini sepertinya jadi hari paling santai untuk Rengga. Tidak ada tugas yang menghantui karena seluruh tugasnya sudah ia selesaikan. Selain itu, OSIS juga sedang tidak ada kegiatan.

Rengga baru saja mandi dan hanya memakai celana pendek sebatas lutut serta kaus putih polos. Mengingat hari ini dia benar-benar tak ada rencana atau acara apapun. Keluar jalan-jalan? Dengan siapa kalau sahabat brengseknya saja sekarang sedang sibuk menggaet target barunya? Bagaimana dengan pacar? Maaf Rengga adalah penganut jomblo sampai halal. Ah, tapi tidak tahu kalau sudah ketemu yang cocok nanti.

"Rebahan sampai sore ini, mah," ucap Rengga.

Setelah berucap demikian, Rengga merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tak lupa, ia nyalakan televisi dengan volume cukup nyaring guna membunuh sepi di kediaman minimalisnya.

Sekedar informasi saat ini orang tua Rengga sedang berada di Bandung untuk acara nikahan salah satu kerabat. Sebenarnya, mereka sempat menawari Rengga untuk ikut. Tapi, ia justru menolak dengan alasan terlalu lelah untuk perjalanan jauh.

"Harusnya kemarin gue ikut aja, ya," gumam Rengga, agak menyesal.

Percuma juga menyesal. Toh, akhirnya sekarang dia tetap sendirian di rumah. Tidak punya teman untuk diajak nongkrong atau sekedar membuat kamarnya berantakan.

Detik berikutnya, cowok berhidung mancung itu meraih ponsel yang tergeletak asal di atas kasur. Dengan randomnya ia membuka Instagram. Menyaksikan berbagai postingan orang-orang yang ia kenal. Postingan yang sebagian besar berupa momen liburan hari Minggu.

"Ck!"

Decakan sebal akhirnya keluar dari bibir tipis Rengga. Diikuti oleh wajah kusut yang amat kentara.

"Gini amat, dah. Hari Minggu bukannya have fun malah suntuk. Harusnya tadi gue cari cara buat batalin acara nge-datenya Naresh kalo tau bak-- eh, Kara update instastory."

Ocehan Rengga seketika terhenti hanya karena tak sengaja menemukan akun milik Kara yang ternyata baru saja memposting sebuah foto di fitur instastory. Tanpa pikir panjang, Rengga langsung menekan avatar akun Kara. Foto yang diposting cewek itu pun langsung terlihat. Bukan foto yang spesial atau cukup menarik untuk dilihat. Hanya sebuah foto berupa penampakan dua piring telur orak-arik serta tulisan "Buang jangan?"

"Eh-eh! Masa makanan enak gitu mau dibuang? Ya, janganlah," protes Rengga.

Jari-jari Rengga kini tengah sibuk mendial nomor Kara. Entah apa maksudnya. Apakah karena dia terlalu bosan atau karena memang murni ingin membahas perihal telur orak-arik tadi?

Tak sampai 10 detik panggilan Rengga pun dijawab oleh Kara.

"Halo, Ngga?"

"Halo, Ra."

"Tumben nelfon. Ada apa?"

"Telur orak-ariknya masih ada? Atau udah lo buang?"

Tawa geli terdengar di seberang sana. Sepertinya Kara cukup terhibur dengan pertanyaan Rengga. Sebab, Rengga hanya menanyakan perihal telur orak-arik, tapi nada bicaranya sangat serius. Persis seperti saat cowok itu sedang menyampaikan pidato di atas podium ketika menjadi ketupel kegiatan pensi tahun lalu.

"Ra? Kok malah ketawa, sih? Gue nanya serius ini."

"Iya. Masih ada, kok. Emang kenapa? Mau lo makan?"

"Nah! Itu lo tau. Kebetulan banget hari ini gue lagi jadi anak yatim piatu alias sendirian di rumah. Jadi, nggak ada yang masakin makanan. Daripada telur tadi lo buang mending buat gue aja."

"Jangan ngaco kalo ngomong. Ya, udah kalo emang beneran mau lo ke sini aja."

"Siap! Lo di rumah, kan?"

Possesive PlayboyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin