Bab 32

53.9K 4K 130
                                    


Area lapangan indoor itu, kini tengah diisi oleh tim marching band dari salah satu sekolah ternama di Jakarta. Sementara, tim marching band dari SMA Ganesha tengah mempersiapkan diri di ruang tunggu. Terlihat dari wajah-wajah mereka kegugupan sudah sejak tadi mendominasi.

"Duh, SMA Cendekia bagus juga performnya," celetuk Felly, salah satu anggota marching band.

"Iya, kan, ya? Gue juga ngerasa kek gitu? Gimana kalo nanti kita kalah bagus dari mereka?" Kara menyahuti celetukan Felly dengan cercaan bernada waswas.

Melihat seluruh anggota yang didera waswas dan gugup, Satriya pun tak tinggal diam. Ia berdiri sembari bertepuk tangan dua kali. Bermaksud memberi isyarat agar teman-temannya ikut berdiri.

"Kita nggak akan kalah. Kalian lupa kita siapa?" tanya Satriya.

Lalu, seluruh anggota menjawab, "Bahana Swara Ganesha!"

"Betul! Kita nggak akan kalah dari mereka," tutur Satriya dengan yakin.

Kemudian, cowok berahang tegas itu berkacak pinggang. Iris hitam pekatnya menatap satu demi satu teman-temannya.

"Ada yang mau nonton perform mereka?" tanya Satriya.

"Buat apa, Kak? Nanti malah makin gugup lagi kalo nonton mereka," kata Ferdi, si pemegang instrumen terompet.

"Justru sekarang harusnya kita nonton perform mereka supaya kita bisa tau gimana gaya permainan mereka. Lebih beruntung lagi kalo kita bisa menemukan titik lemah mereka," papar Satriya.

"Aku mau nonton, Kak." Kara mengangkat tangan. Mengajukan diri untuk menyaksikan perform dari tim marching band SMA Cendekia.

"Yang lain?"

"Nggak dulu, deh," celetuk Felly.

"Oke. Kalo gitu kita keluar sebentar, ya. Kalo ada apa-apa salah satu jangan lupa kasih gue kabar," pinta Satriya.

Setelah mendapat jawaban dari teman-temannya, Satriya pun meninggalkan ruang tunggu. Di sampingnya ada Kara yang berjalan sembari menggigiti kuku-kukunya.

"Gugup, Ra?" tanya Satriya.

"Banget, Kak," jawab Kara tanpa ragu.

"Kenapa harus gugup, sih? Kan kita udah se--"

"Masalahnya ini penampilan perdana aku setelah kemarin sempat rehat, Kak. Aku takut aja bakal nggak bisa kasih yang terbaik."

Dengan gerakan lembut Satriya merangkul bahu Kara. Cowok itu menepuk-nepuk lengan atas Kara guna menghantarkan rasa tenang pada adik kelas yang dulu sempat sangat ia cintai itu.

"Aku percaya sama kamu, Ra," ungkap Satriya.

Akhirnya, mereka tiba di pintu keluar menuju area lapangan. Suara-suara instrumen alat musik dan tepuk tangan dari para penonton pun langsung merasuki rungu.

Baik Kara maupun Satriya, kini sama-sama fokus menyaksikan perform dari marching band SMA Cendekia. Mereka tenggelam dalam pikiran yang sibuk menganalisis performa tim tersebut. Mencoba mencari tahu apa kelemahan dari salah satu rival terkuat mereka itu.

Sembari terus menyaksikan penampilan SMA Cendekia, Kara bersedekap dada. Sesekali ia meregangkan otot-otot lehernya yang terasa kaku. Hingga saat melakukan peregangan untuk kesekian kalinya Kara tak sengaja melihat sebuah pemandangan yang cukup mampu mengambil alih dunianya.

Di salah dua bangku penonton ada Naresh dan Yuna yang terlihat asyik menyaksikan perform SMA Cendekia. Dengan tangan Yuna yang menggamit lengan Naresh mesra. Senyum di wajah keduanya pun terukir amat jelas. Seakan-akan menjelaskan pada seluruh manusia bahwa saat ini mereka adalah pasangan yang sedang dan akan selalu berbahagia.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now