Bab 83

36.1K 2.8K 86
                                    


Semester baru akhirnya dimulai. Hari-hari sebagai siswa kelas 12 pun juga dimulai. Hari pertama antusias para siswa terlihat masih begitu tinggi. Mereka memasuki kelas baru dan melepas rindu pada teman-temannya.

"Lo peringkat 1 lagi?"

Itu suara Naresh. Ia bertanya pada Rengga yang berjalan di sampingnya.

Tak lama, mereka tiba di kelas baru, yaitu kelas 12 IPA 1.

"Iya. Emang ada yang bisa ngalahin gue?" Rengga berucap dengan sombong.

Sembari memperhatikan beberapa bangku yang masih kosong, Naresh pun menyahut, "Sombong banget lo."

Rengga terkekeh pelan, lalu beranjak menuju bangku kosong yang posisinya cukup strategis. Naresh pun mengikuti dari belakang.

"Gue dengar lo masih ikut turnamen bulan depan," ucap Rengga.

"Iya. Turnamen terakhir," jawab Naresh dengan nada yang terdengar tak seantusias tadi.

Netra Naresh kini menatap bangku kosong di depannya. Bangku yang tanpa aba-aba membuatnya teringat akan satu orang yang kini tak akan pernah bisa ia temui lagi.

Sadar akan perubahan suasana hati Naresh, Rengga langsung menepuk bahu sahabat karibnya itu.

"Kita harus terbiasa tanpa dia, Resh," ungkap Rengga.

"Ya, gue tau."

***

"Nareshta! Nareshta! Nareshta!"

Semester baru telah dimulai. Itu berarti rutinitas cewek-cewek SMA Ganesha pun ikut kembali dimulai. Mereka kini tengah meneriakkan nama Naresh dengan heboh. Berharap cowok yang sedang mendribble bola itu akan melihat ke arah mereka sekali saja.

"Naresh makin ganteng aja!"

"Gila! Gue makin klepek-klepek lihat Naresh."

Berbagai pujian terus terlontar untuk Naresh. Lantas, saat Naresh telah selesai bermain basket cewek-cewek itu berbondong-bondong menghampiri Naresh. Mereka mengerubungi Naresh layaknya semut yang menemukan gula.

"Naresh, kamu haus, kan? Nih, minum dari aku."

"Resh, ini handuk buat kamu."

"Nggak! Ambil punya aku aja, Resh."

Astaga. Jadi, orang ganteng ternyata nggak enak. Keluh Naresh.

Cuaca siang hari sedang sangat panas. Saking panasnya kepala Naresh sampai terasa pening. Kini kepalanya jadi makin pening karena cewek-cewek itu.

"Minggir, ya! Gue mau ke kelas," kata Naresh.

Namun, mereka tidak menggubris permintaan Naresh.

"Kak Naresh!"

Satu teriakan terdengar cukup nyaring dan berhasil membuat kerumunan cewek-cewek tadi sedikit melonggar. Atensi mereka pun tertuju pada cewek berwajah imut yang tengah tersenyum ke arah Naresh.

Cewek itu menghampiri Naresh sambil memegang minuman dingin di tangan kanannya.

"Buat Kak Naresh," ujarnya masih sambil tersenyum manis.

"Nggak usah, Ngel. Gue ud--"

"Nggak apa-apa. Terima aja. Kak Naresh haus, kan?" paksa Angel.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now