Bab 28

50K 3.7K 99
                                    


Hai-hai! Akhirnya, malam ini bisa update juga. Udah pada nunggu, ya? Maaf , ya, udah bikin nunggu kayak doi. Wkwkwk.
Jangan lupa tekan bintangnya dulu sebelum mulai baca.

Happy Reading!

---

Setelah dicekoki berbagai mata pelajaran dari pagi hingga menjelang sore, akhirnya Kara bisa bernapas lega karena bel pulang berdenting. Lelah dan kantuk yang semula menggelayuti pun mendadak sirna. Sepertinya sudah jadi hukum alam bahwa rasa kantuk yang mendera para siswa sekolah akan hilang ketika bel pulang bersua. Aneh sekali, bukan?

"Ra, lo langsung pulang?" tanya Olin seraya menyisir surai bergelombangnya.

"Enggak. Ini masih harus ke butik sama kak Satriya," jawab Kara.

Cewek berponi depan itu tengah memasukkan beberapa bukunya ke dalam tas.

"Hah? Ke butik? Lo sama kak Satriya udah seserius itu? Kalian udah fiting baju buat nikahan?" cecar Olin terlampau dramatis.

Sembari menyentil kening Olin, Kara pun berkata, "Nggak usah ngaco! Gue sama kak Satriya ke butik buat ambil kostum marching band."

"Oh, kirain," gumam Olin. Cewek itu memegangi keningnya sembari menahan ringisan sakit.

Tak lama, Kara selesai memberesi alat tulisnya begitu pula dengan Olin.

"Yuk!" ajak Kara.

"Yu--"

"Eh, bentar! Naresh nelfon," sela Kara ketika ponsel dalam saku almamaternya berdering.

Mendengar nama Naresh entah kenapa Olin langsung memasang wajah sengak. Kalau di kartun-kartun sekarang di kepala Olin pasti sudah muncul tanduk iblis.

"Halo, Resh?"

"Hai! Udah pulang?"

"Belum. Ini masih di kelas."

"Pulang bareng, yuk!"

"Emang Yuna ke mana?"

Kara tidak sadar akan pertanyaannya. Dia hanya asal berceletuk ketika Naresh mengajaknya pulang bersama setelah sekian minggu selalu pulang dengan Yuna.

Mendadak Naresh diam di seberang sana. Kara jadi bingung. Ia ingin kembali berucap, tapi akhirnya Naresh mendahului.

"Lo mau pulang, kan?"

"Enggak. Ini masih ada acara sama anak eskul."

"Mau gue tunggui--"

"Nggak usah! Gue masih lama soalnya."

"O-oh. Oke. Kalo gitu gue duluan."

"Hm."

Panggilan diakhiri oleh Naresh.

"Ngapain, tuh, dedemit satu?" tanya Olin penuh selidik.

Alih-alih menjawab Kara justru mengendikkan bahu.

Cewek bertubuh agak mungil itupun keluar kelas. Mengabaikan Olin yang sudah berdumel, menyumpahi Naresh.

Mereka akhirnya berpisah di lantai satu. Olin menuju gerbang depan untuk menunggu mobil jemputan. Sedangkan, Kara menuju ruang eskul untuk bertemu Satriya yang katanya sedang beres-beres di sana. Idaman sekali, bukan?

***

Beberapa paper bag ukuran besar, kini telah memenuhi bagasi mobil Satriya. Di dalam paper bag itu terdapat kostum tim marching band yang akan mengikuti kompetisi beberapa minggu lagi.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now