Bab 68

28K 2.7K 55
                                    


Karena komennya lebih dari 600, khusus malam ini aku triple update, ya.



Pagi akhirnya datang. Menggantikan malam suram yang juga menorehkan kepedihan mendalam untuk Kara.

Di atas brankar, Naresh masih belum membuka mata. Pergelangan tangannya dihuni oleh jarum infus. Lantas, dari tempat Kara berpijak masih terlihat jelas betapa pucat wajah cowok itu. Ya, meskipun wajah Kara juga tak kalah pucat. Tadi juga Kara sempat pingsan begitu tiba dari rumah Naresh.

Langkah gontai Kara membawanya mendekat pada Naresh. Ia pun duduk dan meraih tangan Naresh yang terkulai lemah.

"Resh, kenapa lo bohong?" tanya Kara.

Suaranya terdengar begitu serak.

Bulir-bulir air mata kembali jatuh. Kesedihan dan ketakutan pun menghampiri Kara secara bersamaan. 

Kara tidak pernah menyangka jika cowok tengil yang hampir setiap jam meminta jadi pacarnya itu ternyata sedang sakit parah. Ternyata Naresh menyembunyikan penyakit kronisnya dengan tawa dan tingkah randomnya. Ternyata Naresh berusaha membahagiakan Kara disaat dirinya sendiri kesakitan.

"Harusnya nggak gini, Resh. Harusnya lo bilang sama gue," ucap Kara disela-sela tangisnya.

Tangan lemah itu semakin erat Kara genggam. Seolah takut Naresh akan menjauh atau bahkan menghilang.

"Lho? Kara?"

Mata sembab Kara beralih pada ambang pintu. Di sana ada Rengga, Olin, dan Yere yang wajahnya tampak kusut dan kusam karena memang semalaman menjaga Naresh. Bahkan, peralatan camping mereka masih belum dibereskan.

"Kalian dari mana?" tanya Kara sambil mengusap air matanya.

Ketiganya mendekati brankar Naresh.

"Dari kantin rumah sakit, Ra," jawab Rengga.

"Beli kopi. Soalnya ngantuk banget," imbuh Yere.

"Iya, Ra," timpal Olin.

"Ka-kalian pulang aja. Nanti siang ke sini lagi. Kalian juga perlu istirahat," tutur Kara.

Suaranya sedikit terbata-bata karena isakan yang belum sepenuhnya reda.

Melihat kondisi Kara, Olin pun menghampiri Kara dan memeluk cewek itu dengan posisi berdiri.

"Tenang, Ra. Naresh pasti baik-baik aja," ucap Olin.

Nggak, Lin. Naresh sakit parah. Kara menyanggah dalam hati.

Lagi-lagi air matanya jatuh. Hatinya pun makin sakit bagai diiris-iris kala mengingat kemungkinan Naresh bisa meninggalkannya kapan saja.

"Ssst! Lo yang tenang, ya," ucap Olin sekali lagi.

"Tenang, Ra. Naresh pasti baik-baik aja."

Yere ikut berucap demi menenangkan Kara. Sementara Rengga memilih bungkam. Atensinya kini hanya tertuju pada Naresh yang masih belum juga siuman.

"Selamat pagi!"

Dokter Nevan memasuki ruangan. Yere dan Rengga pun pindah posisi untuk memberikan ruang pada dokter Nevan. Olin juga melepas pelukannya. Kini semua mata menatap penuh harap pada dokter Nevan yang sedang memeriksa kondisi Naresh.

"Dokter ...," panggil Kara setengah berbisik.

"Ya?"

Perlahan, Kara menatap dokter Nevan.  Tatapannya pun dipenuhi oleh kepiluan mendalam.

"Kenapa ... dokter bohong sama saya?" tanya Kara.

Dokter Nevan selesai memeriksa Naresh. Ia pun membalas tatapan pilu Kara.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now