Bab 58

37.6K 3.4K 773
                                    


"Naresh, lepas!"

"Sakit, Resh!"

"Nareshta!"

"Berisik!"

Cowok itu mengeluarkan bentakannya tepat saat berhasil menginjakkan kaki di rooftop sekolah. Sementara Yuna yang sejak tadi protes karena diseret paksa oleh Naresh, kini terdiam dengan mata menatap Naresh penuh kekesalan.

"Kamu ngapain bawa aku ke--"

"Diem!"

Lagi-lagi Naresh berteriak. Wajah dan telinganya memerah. Pertanda ia benar-benar dikuasai amarah.

Melihat wajah Yuna yang sok sedih, Naresh jadi makin marah. Tangannya pun gatal ingin mencekik cewek itu.

"Arggh!!" teriak Naresh sambil menendang bangku bekas di sampingnya.

"Naresh, kamu kenapa, sih?" tanya Yuna dengan suara bergetar.

"Kenapa? Lo masih nanya gue kenapa?"

Tubuh Naresh mendekat, memaksa Yuna memundurkan langkah hingga punggungnya bertemu dengan pagar pembatas rooftop.

Perlahan, tangan Naresh terangkat, lalu mencengkeram dagu Yuna dengan kuat.

"Bisa nggak, sih, lo jangan banyak tingkah?" tanya Naresh dengan nada tajam.

Tak ada jawaban dari Yuna. Dalam sekejap cewek itu telah berhasil dirundung ketakutan yang demikian besar karena perangai Naresh.

Kedua matanya pun telah dipenuhi likuid bening yang siap jatuh kapan saja. Namun, Naresh tak peduli sekalipun saat ini ia telah membuat Yuna ketakutan. Yang Naresh pedulikan hanyalah bagaimana cara agar cewek itu berhenti mendekat apa lagi mengganggu Kara.

Kepala Naresh mendadak pening, dipenuhi amarah kala kembali mengingat foto-foto Kara yang kemarin ditunjukkan oleh Olin. Cengkeramannya pun makin kuat.

"R-Resh ...," lirih Yuna.

"Selama ini ... lo jadi stalker-nya Kara? Iya?"

Lagi-lagi Yuna tak menjawab. Cewek itu terlampau takut untuk menjawab. Bahkan, tubuhnya sudah bergetar hebat.

"Jawab!" bentak Naresh.

"Bu-bukan gitu maksud aku, Resh," lirih Yuna.

Dengan kasar Naresh menghempaskan Yuna. Alhasil, tubuh cewek itu pun nyaris jatuh.

Naresh mengibaskan tangannya. Ia kembali menatap Yuna dengan sorot bengisnya.

"Sekarang pilih salah satu. Pergi dari sekolah ini atau gue bongkar rahasia lo," ancam Naresh.

"Nggak! Jangan, Resh!"

Seketika, Yuna berlutut di depan Naresh. Ia memohon belas kasihan Naresh. Wajahnya pun sudah dibasuh air mata. Kali ini bukan air mata palsu, tapi air mata sungguhan yang melukiskan betapa putus asa dirinya saat ini.

"Resh, aku mohon! Jangan lakuin itu. Aku janji nggak akan--"

"Lo, tuh, nggak tau diri, ya! Selama ini gue udah bersabar dan kasih Lo kesempatan, tapi apa? Ternyata selama ini lo juga jadi stalker-nya Kara. Lo unggah foto-foto Kara ke akun nggak jelas itu!" ucap Naresh diakhiri teriakan pada ujung kalimatnya.

"A-aku janji bakal hapus foto-foto itu, Resh. Aku ... aku akan lakuin apapun yang kamu minta. Tapi, please jangan suruh aku pergi dari sini," mohon Yuna.

"Jadi?"

Cowok bersurai hitam itu berjongkok di depan Yuna. Ia meraih rambut Yuna pun menariknya cukup kuat hingga wajah Yuna terangkat.

Possesive PlayboyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin