Bab 75

32.6K 3K 273
                                    


"Boleh, ya, dok? Bentar aja."

"Tidak, Naresh. Kamu harus istirahat."

"Sebentar doang, kok, dok. Nggak sampai sehari. Yaa?"

"Tidak!"

Naresh terus saja membujuk dokter Nevan agar mengizinkannya keluar rumah sakit dan jalan-jalan. Tapi, sekeras apapun usaha Naresh dalam membujuk dokter Nevan hasilnya tetap sama. Penolakan masih tetap diberikan oleh dokter Nevan.

"Nggak lama, dok," kata Naresh.

"Resh, jangan gitu, dong. Kalo dokter Nevan bilang nggak, ya, nggak," tutur Kara.

Sejak tadi cewek itu berdiri di sisi kiri Naresh. Ia menemani Naresh yang sedang diperiksa oleh dokter Nevan.

Dokter Nevan tersenyum mendengar penuturan Kara.

"Tuh, dengerin. Pacar kamu aja setuju sama saya," cetus dokter Nevan.

"Nggak bisa gitu, dok," tolak Naresh.

"Sekali ini aja, dok. Please! Saya bosen banget di sini," bujuk Naresh.

Cowok itu menyatukan dua tangannya di depan wajah. Tak lupa, ia tampilkan ekspresi semelas mungkin agar dokter Nevan luluh.
Namun, ternyata malah Kara yang kini iba melihat Naresh yang demikian.

"Dok, beneran nggak boleh, ya?" tanya Kara ragu-ragu.

Dokter Nevan menghela napasnya pelan. Ia pun menatap Naresh dan Kara secara bergantian.

"Kamu beneran bosen di sini?" tanya dokter Nevan.

Naresh menjawab dengan anggukan cepat.

"Janji nggak sampai sehari?"

"Janji, dok."

"2 jam."

"3 jam, dok."

"1 jam."

"Oke. 2 jam, dok."

Negosiasi dimenangkan dokter Nevan. Lantas, pria itu tersenyum dan menepuk pelan bahu Naresh.

"Saya hanya tidak mau terjadi hal buruk sama kamu, Naresh," ungkap dokter Nevan.

Naresh mengangguk lesu. "Iya, dok. Makasih."

"Kalo gitu saya tinggal dulu," pamit dokter Nevan.

"Kok cemberut gitu, sih? Kan udah dikasih izin sama dokter Nevan."

Kara bertanya sambil menangkup wajah Naresh yang kini tampak selalu pucat.

"Cuma 2 jam, Ra. Bayangin aja 2 jam bisa apa? Yang ada abis di jalan doang," celoteh Naresh.

"Dua jam itu udah toleransi paling lama dari dokter Nevan. Kamu, kan, tau kalo sekarang kesehatan kamu itu perlu dijaga," papar Kara.

Naluri keibuan Kara selalu muncul disaat yang tepat. Lantas, hal itu selalu berhasil meluluhkan hati Naresh sekaligus membuat cowok itu merasa nyaman.

"Iya, deh, iya," pasrah Naresh.

Sebelah tangan Kara beralih mengusap rambut Naresh.

"Ya, udah. Sekarang siap-siap terus ganti baju. Kita jalan-jalan. Berdua."

"Siap, Bu Bos!"

***

Sekian lama terkurung di rumah sakit dengan hidung yang selalu mencium aroma obat-obatan, akhirnya hari ini Naresh bisa menghirup udara segar. Udara kehidupan yang tentunya tanpa terkontaminasi oleh aroma obat-obatan.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now