Bab 56

40.4K 3.1K 189
                                    

Atmosfer di antara mereka terasa begitu berat. Sejalan dengan topik pembicaraan yang sebentar lagi akan mencuat ke permukaan.

Di depan Naresh, Yuna berdiri dengan wajah tertunduk dan jari-jari yang salin memilin. Seolah-olah memberi tahu Naresh bahwa kini cewek bersurai kecokelatan itu tengah didera berbagai kemelut emosi. Namun, tentunya Naresh tak sudi untuk sekedar bersimpati.

"Jadi?" tanya Naresh. Nada bicaranya penuh intimidasi.

"R-Resh ...," gumam Yuna.

Wajahnya masih saja tertunduk. Entah ia benar-benar takut atau hanya pura-pura saja.

"Lo ngapain bawa gue ke sini? Mau nyuruh gue jadi penunggu taman belakang?" cecar Naresh sudah terlampau kesal.

Lagipula sejak tahu bahwa Yuna menipunya, Naresh tak pernah lagi bersikap lunak pada cewek itu.

"Resh, aku mohon ... jangan bilang sama siapapun soal ...."

Yuna tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

Seringai menyebalkan pun terukir di bibir Naresh.

"Soal lo yang ternyata suka sama Kara?" tebak Naresh.

Yuna mengangguk lesu.

"Jadi, lo benar-benar suka sama Kara?"

Lagi-lagi Yuna mengangguk. Ia sama sekali tak menyangkal. Sebab, ia sudah cukup lelah. Percuma juga menyangkal karena Naresh sudah punya bukti kuat atas fakta itu.

"Kalo soal itu ... terserah gue. Lo nggak berhak memohon atau minta gue untuk tutup mulut," terang Naresh sembari memasukkan dua tangannya dalam saku celana seragam.

"Jangan lupa! Lo juga punya salah sama gue. Lo udah berani nipu gue," imbuh Naresh.

"Maaf, Resh," cicit Yuna.

Sayangnya, Naresh bukan orang yang berhati mulia. Ia tak akan semudah itu memaafkan Yuna yang telah berani menipunya dan nyaris menghancurkan hubungannya dengan Kara.

"Nggak perlu minta maaf. Percuma juga karena gue nggak ada niat untuk maafin lo," tandas Naresh.

"Nggak apa-apa, Resh. Kamu boleh benci sama aku, tapi aku mohon ...."

Perlahan, Yuna mengangkat wajahnya. Ia membalas tatapan dingin Naresh dengan sorot putus asa.

" ... tolong jangan kasih tau siapapun soal rahasia aku, Resh," ungkap Yuna.

"Itu tergantung sikap lo. Kalo lo masih keras kepala dan dekat-dekat sama Kara, maka gue nggak akan ragu untuk bongkar rahasia lo," ancam Naresh.

Kali ini Yuna tak berucap apa-apa. Ia terlihat terguncang oleh ancaman Naresh.

"Jawab! Jangan diem aja!" desak Naresh.

"Aku nggak akan nyakitin Kara, Resh. Kali ini ... aku mau dekat sama dia seenggaknya sebagai teman," cicit Yuna.

"Oke. Jadi, lo mau rahasia lo--"

"Resh, please!" mohon Yuna seraya memegang lengan Naresh.

"Aku nggak akan nyakitin Kara, Resh. Aku sayang sama dia. Please, biarin aku temenan sama Kara," bujuk Yuna.

Alih-alih terbujuk oleh kata-kata Yuna yang penuh kepiluan, Naresh justru mengetatkan rahangnya. Kuping Naresh serasa dibakar ketika mendengar Yuna mengucapkan sayang pada Kara. Menjijikkan bagi Naresh harus mendengar kata itu keluar dari mulut cewek manipulatif seperti Yuna.

Dengan kasar Naresh menghempaskan tangan Yuna.

"Lo mau temenan sama Kara? Silakan. Tapi, ingat baik-baik ... rahasia lo ada di tangan gue," ancam Naresh, lalu pergi dari sana.

Possesive PlayboyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora