Bab 71

32.6K 3K 123
                                    


Hari ini tepat sepekan Naresh dirawat di rumah sakit. Hari ini pula Kara harus kembali ke rumah Naresh untuk mengambil beberapa barang Naresh.

Kara sudah di kamar Naresh. Ia tengah memilih beberapa komik favorit Naresh. Mengingat komik adalah hal utama yang Naresh minta.

Saat asyik memilah komik-komik di rak buku tiba-tiba atensi Kara tertuju pada figura kecil yang memuat fotonya bersama Naresh. Senyum Kara pun terbit tanpa diminta. Lantas, kenangan dalam foto itu ikut unjuk diri.

Perlahan, Kara duduk dan meraih figura itu. Dalam foto itu mereka masih menggunakan seragam putih biru. Kara masih dengan penampilan rambut kepang dua. Naresh juga masih terlihat cukup imut.

"Ternyata ... udah lama, ya, Resh," gumam Kara.

Foto itu diambil sehari setelah kelulusan mereka. Sehari setelah Naresh putus dengan Yuna. Kara mengingat hari itu dengan sangat jelas. Sebab, hari itu ia merasa demikian bahagia. Ia bahagia karena Naresh kembali lebih dekat dengannya. Apa Kara terdengar jahat karena merasa bahagia saat sahabatnya putus cinta?

"Resh ... kalo dipikir-pikir sebenarnya lo lebih sering bikin gue sakit hati," ungkap Kara.

"Tapi, kenapa gue nggak bisa benci sama lo?"

"Jangan-jangan selama ini lo main dukun, ya?"

Kara berceloteh sendirian. Ia terus tersenyum sambil menatap foto mereka. Namun, sedetik kemudian senyum itu sirna. Tergantikan oleh linangan air mata.

"Lo nggak boleh ninggalin gue, Resh," pinta Kara.

"Gue nggak punya siapa-siapa selain lo. Papa sama mama udah ninggalin gue. Cuma lo yang gue punya."

Berpura-pura tegar ternyata tak semudah itu. Di depan orang-orang terutama di depan Naresh, Kara berusaha semampunya untuk terlihat ceria. Namun, saat sudah sendirian rasa sakit itu berbondong-bondong menggerogoti hatinya. Dinding pertahanannya pun runtuh tak bersisa.

Kara mengusap air matanya. Susah payah ia berusaha menghentikan tangisnya. Sebab, tak ingin matanya kembali bengkak dan membuat Naresh khawatir.

"Lo nggak boleh kek gini, Ra," ucapnya dengan suara parau.

Dengan sigap, Kara berdiri dan mengembalikan figura foto tadi. Ia pun beralih memasukkan komik pilihannya ke dalam tas.

"Ra, bikinin sandwich, dong. Gue pengin makan sandwich buatan lo, nih."

Suara Naresh tiba-tiba saja terngiang di telinga Kara. Alhasil, niatnya untuk bergegas meninggalkan kediaman Naresh jadi terurung.

Kini, cewek berkuncir kuda itu tengah menuju rumahnya sendiri untuk membuatkan sandwich kesukaan Naresh.

Rumah minimalisnya sangat sunyi. Kesan dingin juga terasa amat jelas karena sudah lama tak dihuni.

Kara langsung memasuki dapur. Ia menyiapkan bahan-bahan sandwich yang masih tersedia.

"Lo harus sembuh, Resh. Lo harus sembuh biar bisa repotin gue terus," tutur Kara sambil menata sandwich buatannya ke dalam kotak bekal.

Tiba pada potongan terakhir tiba-tiba ponsel Kara berdering.

"Yere?"

Nama Yere terpampang di atas layar ponsel Kara. Kara langsung menerima panggilan dari cowok itu.

"Halo? Kenapa, Yer?"

"Ra ...."

Degup jantung Kara meningkat pesat kala suara Yere terdengar tak biasa. Seakan ada sesuatu yang telah terjadi.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now