Bab 80

34.5K 2.9K 125
                                    


Banyak orang yang bilang bahwa tabiat asli dari seseorang akan terlihat saat ia harus dihadapkan pada kondisi pasangan yang sedang tak baik-baik saja. Tabiat aslinya akan terlihat dari bagaimana dia bersikap pada pasangan yang berada pada titik rendah dalam hidupnya.

Sekarang Naresh juga mempercayai opini itu. Kondisinya yang masih belum benar-benar sembuh pasca operasi secara tak langsung membuatnya sadar dan melihat betapa tulus Kara padanya. Cewek itu hampir 24 jam selalu bersamanya. Dengan sabar dan telaten menemani serta merawatnya. Bahkan, tanpa sadar kini tutur kata Kara pun berubah jadi lebih lembut daripada sebelumnya. Kali ini Naresh akui, Kara benar-benar telah memenuhi seluruh ruang di hatinya.

"Udah. Masih lengket?"

Naresh menggelengkan wajah sambil tersenyum. Netranya tak absen menatap wajah cantik Kara yang kini terlihat fokus pada handuk basah di tangannya. Handuk basah yang ia gunakan untuk menyeka wajah Naresh.

"Bentar. Aku ke kamar mandi dulu," pamit Kara.

Tangan Kara ditahan oleh Naresh. Alhasil, ia tak jadi ke kamar mandi dan malah melayangkan tatapan penuh tanya.

"Kenapa, Resh?"

Naresh menjawab dengan memberikan lirikan pada dua kancing bajunya yang tak sengaja terlepas.

Sembari meletakkan handuk basah ke dalam baskom, Kara pun berkata,"Kalo ditanya itu jawab. Bukannya malah latihan bahasa isyarat."

"Hehehe."

"Malah ketawa lagi."

Meski begitu Kara tetap mengancingkan baju Naresh.

"Ra?"

"Kenapa?"

Kara juga membenahi kerah baju Naresh yang agak miring.

"Kamu kalo gini jadi kelihatan tipe-tipe istri idaman banget," ucap Naresh.

"Mulai, deh."

Lagi-lagi cowok itu terkekeh. Lalu, tanpa sungkan ia memeluk Kara.

"Aku bersyukur banget, Ra. Ternyata Tuhan masih kasih aku kesempatan untuk hidup dan menikmati hari sama kamu," tutur Naresh.

"Aku lebih bersyukur, Resh," balas Kara sembari mengelus surai hitam Naresh.

Walau jauh di lubuk hatinya masih ada sedih yang menghuni. Sedih karena mengingat pengorbanan Yere untuk Naresh. Jika Naresh tahu perihal semua itu pasti hatinya akan lebih sedih dan hancur. Tapi, meski begitu cepat atau lambat Naresh perlu tahu. Cowok itu perlu tahu bahwa selama ini ia memiliki sahabat yang begitu tulus padanya.

Kara membalas pelukan Naresh. Ia tersenyum dengan mata sedikit berembun. Beruntung Naresh tak melihatnya

"Cepat sembuh, ya," bisik Kara.

Dalam pelukan Kara, Naresh menganggukkan wajahnya.

***

"Spadaaaa!!"

Teriakan itu menggema bersama dengan munculnya dua manusia lawan jenis yang kini sudah seperti amplop dan perangko. Saling menempel dan sulit dipisahkan.

Dua orang itu memasuki ruang rawat Naresh. Lalu, si cowok alias Rengga menghampiri brankar Naresh.

"Lo berdua ngapain ke sini?" tanya Naresh dengan nada malas.

"Gue, sih, mau tidur. Nggak tau kalo dia," jawab Rengga.

"Minggir lo!" usir Rengga.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now