Bab 35

56.2K 4.2K 123
                                    

" ... Permintaan maafmu mungkin nggak akan membuat luka di hatinya membaik, tapi setidaknya ... kamu sudah melakukan hal yang benar. Kamu salah, jadi kamu harus minta maaf."

Kata-kata Tama kembali menyerbu benak Naresh begitu netranya menjangkau keberadaan Kara yang kini tengah berdiri di depan gerbang rumahnya.

Pagi ini cewek itu terlihat cantik sama seperti pagi-pagi sebelumnya.

Naresh tersenyum miris kala tersadar bahwa selama ini ia sangat jarang mengungkapkan kekagumannya pada Kara. Ia hampir tak pernah memuji cewek itu. Lantas, saat semua sudah terlanjur hancur kepingan sesal pun mulai menghias hati Naresh. Seharusnya dulu ia lebih sering memuji Kara. Seharusnya dulu ia lebih sering mengungkapkan rasa sayangnya pada Kara. Ya, seharusnya. Seharusnya juga sekarang ia tak pantas untuk sekedar menyesal.

Napas Naresh terhela kasar. Kemudian, ia meraih helm dan siap memakainya. Namun, sebelum benar-benar melakukannya Naresh justru tak sengaja bertemu tatap dengan Kara.

Miris sekali. Sekarang mereka bahkan hanya saling menatap tanpa saling berucap. Kara yang biasanya tak sungkan untuk tersenyum dan bersikap manja pada Naresh, kini justru lebih memilih diam. Tidak menunjukkan ekspresi atau emosi apapun pada wajah serta tatap matanya.

"Salah gue, Ra," gumam Naresh tepat saat Kara memalingkan wajah.

Benar. Sekarang Naresh percaya akan apa yang Tama katakan. Ia harus meminta maaf pada Kara agar setidaknya cewek itu tahu bahwa Nareshta yang brengsek ini telah mengakui kesalahan fatalnya. Naresh pun tak berharap untuk dimaafkan karena ia memang tak pantas mendapat maaf dari Kara. Dari cewek yang selama ini terus ia sakiti secara sadar.

Perlahan-lahan lamunan Naresh terpecah kala deru mobil terdengar kian dekat. Tak butuh waktu lama mobil yang sangat dikenalnya itupun akhirnya berhenti di depan rumah Kara. Diikuti oleh munculnya sang pemilik, Rengga.

Keduanya terlihat memasuki mobil setelah berbicang beberapa saat. Lantas, mobil pun melaju, meninggalkan area komplek perumahan tersebut. Kini tersisa Naresh yang masih betah berdiri di samping Juki.

Lagi-lagi Naresh menghela napasnya demikian kasar.

"Juki ...," gumam Naresh.

"Gue harus minta maaf, kan?" tanyanya pada si Juki.

"Ck! Jawab dodol!" maki Naresh pada motor ninja kesayangannya itu.

Entah siapa yang salah dalam hal ini. Apakah Juki yang memang hanya motor alias benda mati atau Nareshta yang mendekati sakit jiwa karena marah pada benda mati?

***

SMA Ganesha sekarang sedang berada pada kondisi yang cukup sibuk. Sebab, gelaran turnamen basket yang akan terselenggara seminggu lagi. Tim basket SMA Ganesha pun sudah semakin giat berlatih. Mengingat mereka akan jadi tuan rumah dan mengharuskan mereka untuk membawa trofi kemenangan. Tidak lucu, kan, kalau mereka kalah di kandang sendiri?

Para siswa pun tak dibiarkan merasakan sesak di kelas karena pelajaran yang memusingkan. Mereka kini berkeliaran di sekitar koridor dan tepi lapangan untuk menyaksikan tim basket yang dipimpin oleh Naresh. Sorak-sorai pun tak jarang terdengar hingga membahana. Para siswi sibuk meneriakkan nama Naresh. Memuja betapa tampan cowok itu ketika memakai jersey dan berlarian, mendribble bola di tengah lapangan.

"Yuna beruntung banget, ya? Punya jimat apa dia sampai bisa dijadiin ratu sama Naresh."

Salah seorang siswi berkata pada temannya. Ia mengungkapkan rasa irinya pada Yuna yang kini diketahui sebagai pacar Naresh.
Sementara di belakang dua siswi itu ada Kara yang sejak tadi mendengar semuanya.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now