Bab 59

34.2K 3.1K 72
                                    

Suasana mencekam tampak begitu kental melingkupi ketiga siswa SMA Ganesha yang kini duduk di depan IGD. Penyebabnya tentu saja Naresh yang ditemukan tak sadarkan diri karena jatuh dari tangga rooftop satu jam yang lalu.

"Lin ... Naresh gimana ...."

Lirihan pilu kembali terdengar dari Kara. Cewek itu tak mampu meredam rasa khawatirnya. Bahkan, setelah kini Naresh sedang ditangani oleh para dokter dan perawat.

Di samping Kara ada Olin, Rengga, dan Yere. Rengga juga yang tadi menyusul Kara dan akhirnya menelepon ambulan.

"Tenang, Ra. Naresh pasti nggak akan kenapa-napa," ucap Olin, lalu memeluk Kara.

"Lo yang tenang, Ra," sambung Rengga.

Namun, tak peduli berapa banyak kalimat penenang yang Kara dengar hasilnya tetaplah sama. Ia tetap tak mampu mengumpulkan fokusnya dan berhenti khawatir serta terisak.

Bayang-bayang wajah pucat Naresh dan genangan darah di sekitar cowok itu terus memenuhi benak Kara. Memaksanya untuk terus berpikiran buruk tentang kondisi Naresh.

"Sebenarnya apa, sih, yang terjadi sama Naresh? Kenapa dia bisa sampai kek gini?" cecar Olin.

Ia jadi emosional karena melihat Kara terus menangis dalam pelukannya.

"G-gue nggak tau, Lin. Hiks ... ta-tadi--"

"Sst! Udah, Ra," potong Olin tak tega.

"Gue nggak tau apa yang terjadi. Tapi, tadi gue sempat lihat Naresh ke rooftop sama Yuna," terang Rengga.

Detik itu juga bola mata Yere tampak melotot terkejut.

"Maksud lo apa, Ngga?" tanya Yere.

"Cuma itu yang gue tau. Gue nggak mau asal nuduh tanpa bukti," tandas Rengga.

"Jangan-jangan ini emang ulah Yuna," tuduh Olin.

"Jangan asal nud--"

"Lo nggak tau apa-apa soal masalah mereka, Ngga. Jadi, lo bisa bilang gitu," potong Olin.

"Maksud lo apa? Yuna sama Naresh punya masalah apa?" cerca Rengga.

Wajah keduanya terlihat tegang. Sedikit lagi mereka pasti akan saling lempar kata dan terlibat adu mulut.

"Guys!"

Beruntung suara tegas Yere berhasil mencegah mereka. Bahkan, Kara yang sempat kehilangan fokus pun, kini menatap Yere penuh tanya.

Tiba-tiba Yere berdiri. Ia menghadap Kara, Olin, dan Rengga. Seakan tengah berniat merapalkan sebuah pengakuan dan meminta pengampunan dari mereka.

"Ada ... yang mau gue omongin," ucap Yere, ragu-ragu.

"Mau ngomong apa?" tanya Rengga.

Perlahan, Yere mengangkat wajah. Ia memberanikan diri menatap orang-orang yang selama ini jadi sahabatnya. Orang-orang yang membuat Yere merasa punya keluarga untuk kali pertama.

"Yer, kok, diem?" tegur Olin.

"Jadi ... gue mau kasih tau kalian kalo sebenarnya ...."

Tangan Yere bertaut di depan badan.

" ... sebenarnya gue sama Yuna ... saudara. Kita kembar nggak identik," papar Yere.

"Oh, sauda--Apa?! Lo gila? Jangan becanda, Yer!" protes Olin.

Cewek itu kaget saat mendengar pengakuan Yere. Sama halnya dengan Kara dan Rengga. Namun, bedanya mereka hanya diam dengan tatapan kosong.

"Sori. Gue udah sembunyiin hal ini dari kalian," sesal Yere.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now