Bab 7

76.4K 5.3K 137
                                    

Terima kasih untuk yang sudah memberikan vote dan komen. Sesuai janji, malam ini aku bakal double update, ya.
😊😊😊






-----

"Sshh ... pelan-pelan, dong. Sakit," rengek Kara.

Sesekali matanya terpejam, lalu menyipit saat Naresh menyentuh luka di lututnya menggunakan kapas beralkohol.

"Ini udah pelan-pelan, Ra," sanggah Naresh.

Pasalnya Naresh memang membersihkan luka di lutut Kara dengan amat pelan dan hati-hati. Tapi, entah kenapa cewek yang matanya sembab itu masih saja merasa kesakitan.

Tangan kanan Kara sejak tadi terus meremas ujung seragam Naresh. Berusaha melampiaskan rasa sakit dan perihnya di sana.

"Aduh," rintih Kara untuk kesekian kalinya.

"Udah," kata Naresh, lalu memberesi kotak P3K di depannya.

"Makasih," ucap Kara.

"Hm."

Dua orang itu saling beradu pandang dengan posisi duduk yang juga masih berhadapan. Tak kunjung ada yang bersuara. Entah apa yang kini membuat mereka terdiam. Terutama Naresh yang sebelumnya sudah meledak-ledak karena melihat Kara bersama Satriya.

"Nggak pindah tempat?" tanya Kara, ragu-ragu.

Bola matanya bergerak gelisah saat Naresh menatapnya kian intens. Tak lupa sebelah alis Naresh yang kini naik. Mungkin, sebagai bentuk respon atas pertanyaan Kara.

"Pindah ke mana?" Naresh balas bertanya.

Wajahnya mendekat secara tiba-tiba. Membuat Kara refleks memundurkan tubuh hingga bersandar di sofa ruang tamu rumahnya. Benar. Saat ini Kara tengah duduk di sofa sedangkan Naresh duduk dia atas meja berbahan kaca yang tepat berada di depan Kara.

"Ck! Pindah aja, sih, Resh. Gue nggak mau kena marah bokap gara-gara meja kaca kesayangannya pecah karena lo dudukin," gerutu Kara.

Alih-alih menuruti perintah Kara, Naresh justru menyeringai. Ia pun makin memangkas jarak antara wajahnya dan wajah Kara. Membuat cewek bersurai blonde itu benar-benar tak bisa berkutik. Bahkan, untuk bernapas dengan benar pun rasanya terlampau sulit.

Telunjuk Naresh menyentuh dagu Kara. Memaksa mata cokelat Kara agar menyambut tatapan intensnya.

"Askara ...."

Deru napas Naresh yang hangat terasa menerpa wajah Kara. Memacu debaran jantungnya menjadi kian cepat.

Sungguh, posisi mereka saat ini terlalu berbahaya. Kara pun benci mengetahui fakta itu.

Tak ingin semakin kacau Kara pun mencoba bergerak. Dua tangannya mendorong bahu Naresh agar menjauh darinya. Tak lupa ia tampilkan raut wajah yang sewajar mungkin.

"Ck! Jauhan dikit kali, Resh. Pengap ini," keluh Kara.

"Masa? Bilang aja lo deg-degan dekat sama gue. Iya, kan?" ejek Naresh seraya tersenyum menyebalkan.

"Ck! Apaan, sih? Ge-er banget," ketus Kara.

Naresh menjauhkan diri setelah berhasil memancing rasa kesal Kara. Sebenarnya, sejak awal memang itu tujuannya.

Jika ditanya apa hal paling menyenangkan dan paling Naresh suka di dunia ini, maka melihat Kara kesal adalah jawabannya. Tidak perlu diragukan lagi.

Kara mendengus saat melihat Naresh masih betah pada posisinya, duduk di atas meja kaca sembari terus melempar senyuman mengejek.

Possesive PlayboyWhere stories live. Discover now