Pinus-pinus Malino titip salam pada siapapun yang sepihak. Menjelaskan secara singkat cintanya pada pecinta alam.
Cinta yang merusak, karena sebagai pohon mereka juga adalah naga-naga. Dalam ruang sempit antar sisiknya pinus yang juga naga ini melempar rindunya yang telah lama basah.
Jika nanti pohon-pohon ini sudah jadi pensil, dan buku, dan tisu, maka kerinduan mereka akan jadi terlalu rumit. Bahasa kita menyusahkan yang sederhana. Rindu yang hangat dan singkat berlari sampai maknanya jadi terlalu besar dan panjang dan komersil.
Jika nanti ia jadi lemari atau mungkin meja di ruang kapten kapal, rindunya makin dingin. Sedingin kaki ibuku yang lumpuh. Sedingin malam di mana aku berkutat memburu babi hutan untuk memberi makan ibu.
Jika dia cuma jadi kayu bakar di samping kemah, maka terbayarlah kerinduannya pada pecinta alam yang sayangnya bertepuk sebelah tangan.
Pelana-pelana kosong menunggangi kita yang sibuk merangkak empat kaki menuju kesudahan. Candu kelana cuma candu hiburan, tak lagi ada rindu di antara pinus dan pecintanya.
YOU ARE READING
MENJERAT BELALANG PERUSAK
PoetrySebuah eksperimen setelah membaca karya dari salah satu pustakawan Kata Kerja. Sekitar 40an puisi di sini sudah terbit dengan judul Tugas Puisi Untuk Manusia, sebagai kolaborasi bersama penulis hebat @nellaneva dan diterbitkan oleh Langgam Pustaka...