Suatu saat aku tidur di bawah bayanganmu, dan dua kipas angin tua di kiri kananku. Malam datang dengan keluhannya, aku setia mendengarkan.
Kau bermain dengan tanah liat dan membuat seekor capung sederhana yang kau hadapkan ke Timur.
Capung itu hidup dan mulai berkembang biak menjadi jutaan capung warna warni yang terbang tinggi lalu menukik memasuki tubuhmu.
Kau meledak dan mewarnai langit tengah malam, mengubah dunia menjadi festival meriah penuh manusia yang benci pagi, sore, dan segala sesuatu yang ada di antaranya.
Pagi hari aku terbangun, dua kipas masih ada. Bayanganmu digantikan fajar yang selalu kubenci.
Aku menduduki kursimu dan membuat capung tanah liat untuk festival malam nanti. Kuhadapkan capung itu ke Timur seperti dirimu. Sementara seorang wanita lain tertidur di bawah bayanganku.
YOU ARE READING
MENJERAT BELALANG PERUSAK
PoetrySebuah eksperimen setelah membaca karya dari salah satu pustakawan Kata Kerja. Sekitar 40an puisi di sini sudah terbit dengan judul Tugas Puisi Untuk Manusia, sebagai kolaborasi bersama penulis hebat @nellaneva dan diterbitkan oleh Langgam Pustaka...