Tetes darah yang jatuh di daun talas. Bimbang dan tidak punya tujuan. Talas pandai membimbangkan dan tetes darah terus menimbang-nimbang.
Hujan turun dan memerangkap darah di atas daun talas, membawanya jatuh bersama ke atas tanah. Kembali ke asalnya. Kau marah, meremas tanah dan tetes darah di dalamnya.
Lukamu menumbuhkan apa yang kau butuhkan. Kau kecanduan pada perih tetes darah yang keluar dari luka menganga. Luka itu terus saja mencintaimu.
Kau menjelma tetes darah dan jatuh di daun talas. Kau tidak dapat mengendalikan dirimu yang kini merah dan kebingungan mencari bentuk. Kau merindukan kesegaran udara yang rela berikatan denganmu. Makin lama kau menghitam, rusak, dan lembam.
Daun talas meneteskan dirimu ke tanah. Kali ini tidak ada tangan yang akan memungutmu kembali. Awan bergemuruh, dan kau kehujanan di atas tanah itu. Perlahan meresap.
![](https://img.wattpad.com/cover/143406020-288-k905200.jpg)
YOU ARE READING
MENJERAT BELALANG PERUSAK
PoetrySebuah eksperimen setelah membaca karya dari salah satu pustakawan Kata Kerja. Sekitar 40an puisi di sini sudah terbit dengan judul Tugas Puisi Untuk Manusia, sebagai kolaborasi bersama penulis hebat @nellaneva dan diterbitkan oleh Langgam Pustaka...