Ch4 - Pelukan

194 34 18
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

"Kamu kenapa lagi sih, Nak. Kamu mengalah saja sama orang-orang kaya itu, nggak perlu ngelawan. Jadinya kayak begini kan," seorang wanita paruh baya mengobati memar pada anak laki-lakinya.

Sepulang sekolah tadi, Agas kembali dihajar oleh teman sekolahnya. Rupanya status sosial sangatlah penting bagi teman-temannya.

"Agas nggak ngelakuin apa-apa, Bu. Agas tadi cuma nggak sengaja nabrak salah satu dari mereka pas jalan." Untuk kesekian kalinya, Agas kembali berbohong kepada wanita yang telah melahirkannya.

Sebenarnya, saat pulang sekolah tadi ia berniat untuk segera pulang dan membantu ibunya menjaga warung mie ayam milik keluarganya. Tetapi, ban sepedanya kembali bocor seperti hari-hari sebelumnya. Saat ia ingin membawa sepeda lusuhnya ke bengkel dekat sekolah, ia dihajar oleh teman satu sekolahnya. Agas tidak kaget jika akan seperti ini jadinya. Selama satu tahun lebih ia bersekolah di Alexis, ia sudah terbiasa dengan sikap kasar teman-temannya. Mereka menganggap bahwa Agas tidak sepantasnya bersekolah di Alexis karena ia hanya mengandalkan beasiswanya.

"Ya sudah, Ibu percaya kamu nggak mungkin bikin Ibu kecewa. Kamu baik-baik ya, Nak, di sekolah kamu." Ibunya berkata dengan senyuman tulus khas seorang ibu.

Agas hanya bisa menganggukkan kepalanya, saat ini memang tubuhnya butuh istirahat. Luka yang diberikan Devan tadi malam belum sepenuhnya sembuh, tetapi sore tadi ia kembali mendapatkan pukulan yang membuat lukanya kembali nyeri. 

Saat Agas sedang berperang dengan keadaan tubuhnya, ia kembali teringat dengan seorang gadis yang selalu membuat jantungnya berdebar setiap kali melihat wajah ayu nya. Gadis yang telah merebut perhatiannya saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di Alexis. Tetapi, status sosialnya membuat seorang Agas enggan mendekatinya.

"Bego banget sih gue bisa suka sama dia. Sadar diri, Gas, lo tuh nggak pantes buat dia." Agas menjambak rambutnya frustasi.

Setelah mengatakan kalimat tersebut, kantuk mulai menyerang Agas membuatnya memejamkan mata dan menyelami alam mimpi meninggalkan sang ibu yang menjaga warung seorang diri.

***

Hari ini, Devan berangkat lebih awal dari biasanya. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya ia menyunggingkan senyum hanya karena memikirkan satu nama yang membuat Devan seperti orang paling bahagia di dunia.

"Bisa gila gue lama-lama kalo mikirin Shakira terus," ucap Devan tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.

Alasan klise yang dilontarkan Devan saat ia ditanya mengapa ia bisa tergila-gila dengan seorang Shakira Aluna Arabella adalah 'ya karena dia cantik, pinter, kaya.' Seperti itulah jawaban yang ia berikan pada siapapun yang bertanya kepadanya.

Namun, segala usaha yang Devan lakukan tidak membuat Shakira menoleh ke arahnya barang sedikitpun. Mungkin hanya Shakira yang berani dan yang bisa menolak pesona Devan.

Setelah sampai, Devan segera memarkirkan mobilnya. Ia berjalan dengan langkah tegap membuat karismanya memancar. Tujuan utama Devan tentu bukan kelasnya, ia segera bergegas menuju kelas Shakira yang hanya terletak beberapa langkah saja dari kelasnya. Tetapi, belum sampai ia ke tempat yang dituju, pemandangan di depannya membuat Devan menghentikan langkah.

"Kalian bisa berhenti nggak sih!" teriak seorang gadis cantik yang kini mulai meneteskan air matanya.

Devan melangkahkan kakinya mendekat saat ia yakin bahwa apa yang dilihat oleh netranya memang gadis yang ia sukai.

Simpangan RasaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon