Ch25 - Devan yang manis

95 15 17
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

Brak!

Suara tendangan terdengar jelas di telinga Agas. Lelaki itu menghembuskan napas pelan, berharap drama di pagi ini cepat berakhir.

"Agas! Keluar kamu!"

Agas meraih tas sekolah yang ada di sampingnya dan segera beranjak untuk menemui seseorang yang sudah membuat emosinya naik di pagi hari.
Sampai di ruang tengah, Agas kini bisa melihat lelaki paruh baya dengan pakaian seperti preman tengah berkacak pinggang dilengkapi dengan tatapan tajamnya.

"Bapak udah pulang?" sejujurnya, pertanyaan yang ia lontarkan hanyalah sebagai formalitas agar Agas tidak merasa canggung.

"Mana duit?!"

Lelaki yang merupakan ayah dari Agas itu membuka lebar-lebar telapak tangannya di hadapan Agas yang kini berdiri mematung.

"Agas enggak ad-"

Arman, ayah Agas seketika memotong kalimat Agas dengan melempar gelas plastik yang entah ia dapatkan darimana. Agas secara spontan bergeser ke arah kanan untuk menghindari gelas yang Arman lempar ke arahnya.

"Apa kamu bilang?! Nggak ada uang?!" Arman mendekat ke arah Agas tanpa menghilangkan tatapan tajamnya.

"Agas kemarin belum sempat kerja, Pak. Apalagi ibu juga sakit, Agas jagain ibu." Agas sebisa mungkin berusaha menghindari tatapan Arman.

"Halah nggak usah bohong kamu!"

"Agas enggak pernah bohong, Pak. Agas janji nanti pulang sekolah Agas bakal cari kerja tambahan lagi."

Arman menyeringai kecil setelah mendengar kalimat yang baru saja Agas lontarkan.

"Nggak usah nunggu pulang sekolah."

Di tempatnya, Agas menatap Arman dengan bingung, seakan meminta penjelasan dari kalimat yang ayahnya ucapkan.

"Lagian ngapain sih sekolah. Kamu itu sama aja kayak Bapak, nggak bisa ngapa-ngapain. Lagian apa untungnya sekolah buat kamu, hah?! Apa gunanya sekolah?!" Arman berkata seolah-olah dia yang paling mengetahui semuanya.

"Agas harus sekolah, Pak," balasnya lirih.

"Sekolah nggak ngehasilin duit! Mending sekarang kamu ganti baju, setelah itu kamu lari ke pinggir jalan sana, jadi pengamen atau pengemis yang penting bisa dapet uang," kata Arman dengan paksa.

"Kenapa harus Agas yang cari uang? Selama ini Bapak ngapain aja? Bapak cuma bisanya ngehabisin uang buat hal-hal yang nggak penting. Bapak itu kepala keluarga, emangnya Bapak enggak malu?"

Habis sudah kesabaran Agas, dengan sisa-sisa keberaniannya, ia mengatakan kata-kata yang pastinya akan membuat ayahnya marah. Tapi tak apa, Agas hanya ingin ayahnya berubah menjadi lebih baik.

"Kamu berani melawan Bapak?!"

Sesuai dugaannya, Arman mendekati Agas dan menarik kerah seragamnya. Agas sekuat tenaga berusaha melepaskan tangan Arman dari seragamnya. Saat Agas ingin melawan, ibunya secara tiba-tiba datang dari kamar dengan wajah pucat.

"Mas! Lepasin Agas!" teriak Ranti sekuat tenaga.

"Nggak usah ikut campur. Anak nggak tau diri ini harus dikasih pelajaran. Nggak ada terima kasih nya sama sekali!"

Agas meringis menahan sakit yang ada pada tubuh dan wajahnya.

"Agas nggak salah, Mas, lepaskan dia," ucap Ranti dengan terisak.

"Halah, nih liat sendiri! Wajahnya aja luka-luka gini, dia itu sekolah cuma buat alasan biar nggak kerja. Di sekolah juga bisanya cuma tawuran," ucap Arman saat matanya tak sengaja melihat lebam di wajah Agas.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now