Ch20 - Terluka kembali

123 16 6
                                    

Selamat menikmati cerita ^_^

"Devan ngancem lo lagi?"

"Nggak."

"Terus dia tadi ngomongin apa sampe bisik-bisik gitu?"

"Bukan urusan lo, Syif," jawab Agas kalem.

Syifa menghela napas samar.

"Bukannya gue mau ikut campur masalah kalian, cuma kalo itu menyangkut tentang Shakira, gue nggak bisa tinggal diem," ucap Syifa.

"Nggak ada."

"Gue nggak maksa lo, tapi seenggaknya lo jangan kasar ya sama dia. Shakira itu cewek baik, dia tulus sama lo," terang Syifa.

"Itu kemauan dia sendiri," balas Agas sedikit jengah.

"Terserah deh, gue cuma ngingetin lo aja. Gue pergi dulu."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Syifa segera pergi meninggalkan Agas yang memang keras kepala.

"Jangankan lo, Syif. Gue aja kadang bingung sama diri gue sendiri." Gumam Agas dengan suara pelan.

Saat Agas ingin melanjutkan langkahnya, ada seseorang yang menarik tas nya hingga ia sedikit terhuyung.

"Apa kabar lo?" tanya sang pelaku.

"Kalian ada perlu apa?" 

"Nggak, kita cuma pengen main-main aja," jawab Rian.

"Ini masih pagi."

"Emang kita peduli?" jawab Rian sarkas.

Belum sempat Agas menjawab, Rian dan Radit segera menyeret Agas pergi dari koridor.

"Lepasin gue!" Agas berteriak dan berusaha melepaskan cengkraman Rian dan Radit di pundak dan lengannya.

"Lo bisa diem nggak sih! Miskin aja belagu!" bentak Radit tak kalah keras.

"Lo nikmatin aja permainan kita. Sekali-sekali bolos lah," sahut Rian sedikit santai saat mereka telah sampai di taman belakang.

"Lama lo," Radit segera mendorong Agas hingga membentur pohon.

"Sabar bro. Kita sakitin dulu mentalnya, baru fisik," jawab Rian dengan senyum iblisnya.

Radit tidak mendengarkan perkataan Rian, ia segera memukul pelipis Agas.

"Akh!," rintih Agas saat kepalanya membentur batang pohon.

Rian segera membangunkan Agas yang kini tengah terbaring kesakitan di atas tanah. Rian membenturkan kepala Agas pada pohon yang ada di sampingnya hingga membuat kepalanya berdarah. Benar-benar sakit dan sangat nyeri.

Agas berusaha sekuat tenaga untuk bangun, tapi apa daya, tubuhnya benar-benar lemas dan tidak ada tenaga sama sekali ditambah tadi pagi ia belum sarapan karena persediaan beras di rumahnya sudah habis.

"Lo nggak pantes ada di sini brengsek!" sepertinya Rian masih tersulut emosi hingga dia masih saja memukul seluruh wajah Agas yang kini sudah dipenuhi dengan darah.

"Bangun lo!" sahut Radit menantang.

Agas menuruti perkataan Radit untuk bangun, sayangnya belum sempat tangannya memegang pohon untuk dijadikan tumpuan, kaki Radit segera menginjak telapak tangannya.

"Gue nggak semudah dan sebaik itu buat nyuruh lo bangun," desis Radit tajam.

Agas memejamkan matanya, sekuat tenaga ia mencoba bertahan melawan sakit di sekujur tubuhnya.

Radit memindahkan kakinya ke dada Agas, ia menginjaknya seperti ia menginjak sampah.

"Akhh!" teriak Agas spontan saat dadanya terasa sesak karena kesulitan bernafas.

Simpangan RasaWhere stories live. Discover now